Baca Juga: KASUS SUBANG TERBARU, Soal Nasib Surat ke Presiden, Kapolri, Kapolda, Inilah Respon Pengacarara Danu
Agus Sudrajat (56) salah satu pedagang yang merintis jualan barang bekas di Jl. Astanaanyar sejak tahun 1992, mengisahkan perjalanannya saat mulai berdagang bersama lima rekannya yang hingga kini tinggal sisa berdua dengan Ujang. Ujang memilih berjualan kaset bekas sejak merintis jualan di Jln. Astana Anyar.
“Saat itu belum banyak orang berjualan seperti sekarang. Untuk mendapatkan barang Kita harus rajin datang ke Pasar Jatayu, disana kita cari mamang-mamang yang membawa roda atau becak. Setelah terkumpul agak banyak, barulah kita jual di lapak, “ kenang Agus.
Tidak seperti lima rekannya, Agus memilih berjualan barang bekas yang masih bisa dipergunakan seperti Kipas Angin, Jam dinding, Blender, Mixer dll.
Barang yang dijualnya diberi garansi uang kembali apabila ada barang yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik.
Setelah Krisis moneter melanda Indonesia, kehidupan rakyat kecil semakin terasa susah, harga barang-barang mengalami kenaikan hingga beratus-ratus persen. Daya beli masyarakatpun semakin turun.
Beberapa orang memafaatkan situasi ini dengan berdagang barang bekas untuk keperluaan rumah tangga seperti yang dilakukan Agus. Sebagian lagi berjualan pakaian bekas. Aktivitas ekonomi di Jl. Astana Anyar pun mulai menggeliat, banyak orang tertarik mengadu nasib di Jl. Astana Anyar.
Hingga sekarang Jln. Astana Anyar setiap harinya sejak pagi hingga siang bisa kita temui banyak pembeli yang datang tidak saja dari kota Bandung tapi banyak juga pembeli yang datang dari luar kota.
Hal ini disampaikan Edo (43) salah satu pedagang yang selain menjual barang bekas umum juga menjual barang-barang industri vintage seperti Radio tabung, Kipas angin berbahan besi, telepon berbahan bakelit, mesin ketik produksi eropa dan benda-benda lawas lainnya.