Sejumlah tentara TNI itu beralasan sebagai cara untuk mengalahkan pasukan Belanda di jalur Cilawu, Garut dan untuk menuju Singaparna, Tasikmalaya.
Praktek mistik di Gunung Cikuray yang dilakukan sebagian TNI itu, sebenarnya dilarang keras oleh komandan batalion, yaitu Kapten Rivai tetap karena merupakan sesuatu jalan keliru.
Namun, sebagian tentara TNI batalion itu membandel dengan tetap melakukan secara sembunyi-sembunyi. Akibatnya, terjadi kesurupan massal dan nyaris merenggut nyawa diantara mereka.
Kisah ini terjadi beberapa hari menjelang Perjanjian Renville, 17 Januari 1948, dimana di Garut perlawanan pihak Indonesia terhadap Belanda terus dilakukan.
Para tentara TNI mengetahui, Gunung Cikuray dikenal angker serta banyak peristiwa aneh yang tak masuk akal secara ilmiah.
Namun nyatanya, kenang Mohamad Rivai, terjadi dialami 30 orang tentara anggota batalion bersangkutan yang nekad mencoba-coba praktik klenik alias mistik.
Kapten Rivai sudah mengingatkan kepada pasukannya di mana dalam Alquran juz 3 Surat Ali Imran, ditegaskan, dalam agama Islam, umatnya dilarang melakukan mistik, seperti pemujaan kepada kuburan-kuburan tua atau benda-benda sakti untuk meminta sesuatu kepada makhluk halus jin.