Di wilayah Garut kata dia, banyak lahan hutan yang kini beralih fungsi menjadi lahan pertanian utamnya sayuran. Dampaknya, saat hujan air langsung turun bersama dengan tanahnya tidak lagi tertahan oleh akar-akar pohon.
Tata kelola yang dilakukan pemerintah daerah saat ini sama sekali salah. Kawasan hulu sungai dan lereng yang seharusnya ditanami kayu kayu kerasa malah beralih fungsi menjadi lahan pertanian.
Seperti pada Banjir bandang Garut yang terjadi di dua kecamatan dan mengakibatkan 500 warga mengungsi banjir datang dengan membawa metrial lumpur dan sampah yang menumpuk.
Dua jembatan putus dan ratusan rumah terendam banjir bandang dan mengalami rusak-rusak. Rumah warga dipenuhi dngan material lumpur dan juga sampah.
Bencana banjir bandang yang terjadi di Garut kata Asep harus dijadikan pelajaran dalam mengelola lingkungan. Karena bencana yang terjadi terus terulang tiap tahun.
Kabupaten Garut termasuk daerah yang paling rawan bencana di Indonesia. Di musim hujan ini sudah terjadi beberapa bencana alam longsor dan banjir.
Banjir bandang Garut menerjang dua Kecamatan yakni Kecamatan Karang Tengah dan Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut pada Sabtu 27 November 2021 siang mengakibatkan 500 warga harus mengungsi.
Pmerintah Provinsi Jawa Barat sudah menetapkan tanggap darurat Banjir bandang Garut selama tujuh hari kedepan. Itu ditetapkan agar proses penangan bencana bisa lebih cepat.
Sehari setalah terjadinya bencana banjir bandang warga ramai ramai membersihkan material lumpur dan sampah yang berada di rumah mereka