Kenangan Tahun 1980-an, Intercom Menjadi Sarana Komunikasi Warga Bandung dan Sumedang

- 2 April 2021, 19:38 WIB
Eksternal mic, yang bentuknya sama antara untuk radio komunikasi dan intercom yang marak digunakan tahun 1980-an.
Eksternal mic, yang bentuknya sama antara untuk radio komunikasi dan intercom yang marak digunakan tahun 1980-an. /Kodar Solihat/DeskJabar

Biasanya, radio komunikasi saat itu cenderung digunakan kalangan yang memiliki uang yang cukup. Sebab, radio komunikasi seperti rig dan handy talky harganya tergolong mahal.

Baca Juga: Kota Bandung Pernah Dijuluki “Ibukota Musim Panas”, SEJARAH JAWA BARAT

Lain halnya kalangan masyarakat kebanyakan pada lingkungan, biasanya menggunakan jaringan intercom yang dibuat sendiri. 

Namun karena menggunakan cangkang yang mirip, dan dijual oleh sejumlah kios yang menjual perangkat elektronika, sepintas tampilannya menjadi mirip diantara intercom dengan radio komunikasi.

Ada pun harga kit perangkat intercom harganya sekitar Rp 11.000 s/d 30.000. Namun setelah jadi siap digunakan, termasuk menggunakan cangkang, mic, kabel-kabel, harganya menjadi sekitar Rp 30.000 s/d 60.000-an (sedangkat perangkat radio komunikasi, termurah saat itu harga bekas adalah Rp 200.000 untuk handy talky).

Baca Juga: Penduduk Pulau Jawa Pernah Sering Dilanda Kelaparan, SEJARAH JAWA BARAT

Murah meriah

Maka jadilah, antara sekitar tahun 1984-1989, banyak lingkungan warga di Kota Bandung, terutama di permukiman gang atau perkampungan, banyak “paburanteng” kabel kecil penyambung intercom yang saling menyambung ke rumah-rumah.

Karena peminatnya semakin banyak dan berkembang tak hanya lingkup RT/RW, tak terasa, penyambungan kabel-kabel intercom itu menjadi memanjang menjadi antar RW bahkan sekelurahan.

Maka, suasana lingkungan pun menjadi lebih hangat karena telekomunikasi aktif terjadi melalui intercom. Apalagi, intercom merupakan perangkat komunikasi dua arah yang “murah meriah”.

Halaman:

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x