TOL Getaci 2024, Inilah Desa yang Lahannya Paling Luas Tergusur Proyek, Desa Ini Berusia 107 Tahun

3 Januari 2024, 07:20 WIB
Desa Bojong, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung jadi desa paling terdampak proyek Tol Getaci. Di Kampung Cibisoro inilah kemungkinan jadi lokasi pembangunan jalan simpang susun Nagreg. /YouTube Kang Tamim Channel/

 

DESKJABAR – Rencananya Tol Getaci akan memulai pembangunannya pada tahun 2024, setelah proses lelang dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Dalam pembangunan Tahap 1, ruas jalan yang akan dibangun adalah dari Gedebage (Kota Bandung) hingga Kecamatan Banyuresmi (Kabupaten Garut), yang akan melewati 45 desa.

Ternyata, di antara 45 desa yang akan dilalui rute Tol Getaci, ada satu desa yang berada di wilayah Kabupaten Bandung, yang merupakan desa dengan lahan paling luas yang tergusur proyek jalan tol pertama yang menyasar wilayah Priangan Timur tersebut.

Baca Juga: TOL Getaci 2024, Pernah Terjadi Perubahan Rute, Akankah Tuntutan Exit Tol Tambahan di Tasikmalaya Dikabulkan?

Tidak ada salahnya mengenal profil desa yang ternyata posisinya cukup strategi bagi ekonomi wilayah Kabupaten Bandung. Dilihat dari sejarahnya, desa ini sudah dibentuk sejak 1917. Itu artinya, saat ini desa tersebut telah berusia 107 tahun.

Saat ini proyek Tol Getaci masih dalam tahap prakualifikasi dimana penutupan penyerahan dokumen bagi calon investor yang akan mengikuti lelang, akan ditutup pada 5 Januari 2024. Setelah ini selesai, maka tahap selanjutnya adalah memasuki tahap pelelangan .

Untuk pemaparan proyek sendiri atau yang disebut market sounding kepada para calon investor, sudah dilakukan pada 13 Juli2023 di Jakarta. Dalam kegiatan itu, ada sejumlah calon investor yang berminat, dimana 2 di antaranya adalah investor asal China.

Kebutuhan Lahan di Ruas Gedebage - Banyuresmi

Seperti diketahui, setelah Kementerian PUPR memutuskan untuk dilakukan lelang ulang atas proyek Tol Getaci, mereka juga menetapkan pembangunan prioritas. Sebelumnya dalam rencana awal akan membentang hingga Cilacap (Jawa Tengah) sepanjang 206,65 kilometer, kini pembangunannya dilakukan secara bertahap.

Pembangunan prioritas telah ditetapkan di ruas Gedebage hingga Ciamis yang akan membentang sepanjang 108,3 kilometer, dengan biaya investasi mencapai sekitar Rp 37 triliun.

Pembangunan prioritas ini pun akan dilakukan secara bertahap yakni Tahap 1 dari Gedebage hingga Banyuresmi. Di tahap ini target pembangunan tahun 2024-2025, dengan target operasional pada tahun 2026.

SedangkanTahap 2 dari Banyuresmi hingga Ciamis, target pembangunan pada tahun 2028-2029 dengan target operasional pada tahun 2030.

Untuk pembangunan Tol Getaci di Tahap 1 ruas Gedebage hingga Banyuresmi (Garut utara), akan melewati 3 wilayah yakni Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut. Di ruas ini kebutuhan lahan mencapai 678,78 hektare.

Dari kebutuhan lahan sebanyak itu, proses pembebasan lahan baru rampung di 16 desa yakni 9 desa di wilayah Kabupaten Bandung dan 7 desa di wilayah Garut. Jumlah ini tidak termasuk lahan seluas 28,1 hektare di wilayah Kota Bandung.

Baca Juga: MENGERIKAN! Benarkah Ancaman Sesar Lembang Bisa Membuat Kota Bandung Rugi Rp 67 Triliun?

Lahan di wilayah Kota Bandung sudah sejak April 2023 diserahkan ke panitia pengadaan lahan proyek Tol Getaci tanpa harus mengeluarkan uang ganti rugi, karena lahan seluas itu adalah asset milik Pemkot Bandung.

Profil Desa dengan Lahan Terluas yang Tergusur Tol Getaci

Berdasarkan luas lahan yang akan tergusur proyek Tol Getaci di ruas Gedebage hingga Banyuresmi, ada desa yang lahannya tercatat paling luas yang tergusur proyek calon jalan tol terpanjang di Indonesia tersebut.

Desa tersebut adalah Desa Bojong, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Desa ini termasuk di antara 6 desa di Kecamatan Nagreg yang akan dilalui rute jalan Tol Nagreg.

Lahan yang akan tergusur di Desa Bojong mencapai 66,85 hektare, menjadikannya sebagai desa dengan lahan terluas yang tergusur proyek Tol Getaci. Luas lahan tersebut sekitar 8 persen dari luas keseluruhan Desa Bojong yang mencapai 756 hektare.

Desa Bojong berbatasan dengan Desa Ganjar Sabar di sebelah utara, Desa Ciherang di sebelah Timur, dan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Garut di sebelah selatan, dan berbatasan dengan Desa Mandalawangi di sebelah barat.

Baca Juga: INNALILLAHI, Imam Masjid Meninggal Dunia dalam Sujud Saat Memimpin Sholat Subuh

Mengutip situs resmi Desa Bojong, sejarah desa ini berdiri pada tahun 1917 saat itu Kepala Desa pertama yang terpilih adalah Mastanidjaya.

Pada periode kepemimpinan Kepala Desa , 1986 hinga 1994 saat dipimpin U. Saepudin, dilakukan pemekaran menjadi 2 desa yakni Desa Bojong dan Desa Mandalawangi, dengan desa induk adalah Desa Bojong.

Hal yang menarik, nama desa induk yakni Desa Bojong diambil dari nama Kampung Bojong, yang justru kampung tersebut berada di wilayah pemekaran baru yakni di Desa Mandalawangi.

Mengutip dari situs resmi Desa Bojong, pada tahun 2021 jumlah penduduknya sebanyak 6.318 jiwa, dengan pekerjaan didominasi sebagai buruh tani sebanyak 701 orang, disusul sebagai buruh jasa transportasi sebanyak 129 orang.

Desa Bojong adalah daerah yang sebagian besar tanahnya adalah tanah darat (agraris) yang terdiri dari dataran dan pegunungan, maka Desa Bojong termasuk penyangga pangan ( jagung dan umbi umbian )  untuk Kabupaten Bandung.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler