Coklat yang Mendunia Ini Bukan Produk Yahudi, Tapi dari Garut Jawa Barat

16 Desember 2023, 07:41 WIB
Ilustrasi coklat Siverqueen. Coklat yang banyak digemari dan banyak terdapat di supermarket ini bukan buatan Yahudi atau luar negeri. Tapi berasal dari Garut, Jawa Barat. /Istimewa/

DESKJABAR - Boleh dibilang, hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia pasti menyukai coklat. Menyukai coklat sudah barang tentu dipastikan sudah tidak asing lagi dengan nama produk cemilan yang berasa manis legit ngangenin ini.

Sudah sejak zaman dulu, coklat yang oleh Presiden Pertama RI Soekerno disebut sebagai coklat terenak ini,  menjadi produk yang sangat digemari, di tengah banyak produk coklat batangan lain di Indonesia yang semakin berkembang.

Coklat Silverqueen itulah namanya. Coklat ini  sudah sangat familiar terdengar di telinga dan lidah masyarakat Indonesia serta i bisa dengan mudah dijumpai di toko maupun supermarket.

Ditambah dengan telah tersebarnya di berbagai penjuru dunia dengan berbagai varian rasa, Silverquuen pun sudah menjadi legenda rajanya coklat; ingat coklat ingat Silverqueen.

Baca Juga: INNALILLAHI, Guru SD Bunuh Diri Bersama Istri dan Anaknya: Akibat Terjerat Utang?

Baca Juga: Tak Bisa Menolak, Tol Getaci Gusur 4 Kelurahan di Garut Kota: Pemilik Lahan Akan Diganjar UGR

Disangka buatan luar negeri

Mengingat nama dan beredar juga di luar negeri, banyak yang mengira jika coklat Silverqueen produk luar negeri. Namun siapa sangka, coklat ini ternyata asli Indonesia produksi NV Ceres yang berlokasi di  kota Garut, Jawa Barat.

Di zaman kolonial Belanda dulu, NV Ceres awalnya dimiliki oleh orang Belanda. Namun seiring dengan kedatangan Jepang pada tahun 1948, Ceres dijual ke pemuda asal Burma (Myanmar) keturunan Tionghoa bernama Ming Chee Chuang dan mengubah nama NV Ceres menjadi PT Perusahaan Industri Ceres.

Di tangan Chuang, pada tahun 1950 perusahaan ini melakukan inovasi memproduksi coklat batangan yang dicampur dengan kacang mede dan diberi nama Silverqueen.

Cemilan Konferensi Asia Afrika

Produk cokelat batangan Silverqueen milik Chuang ini menjadi sangat populer saat Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan di Bandung pada tahun 1955.

Saat itu, Chuang mendapatkan pesanan dari Presiden Soekarno untuk memproduksi cokelat acara KAA. Hal itu yang kemudian membuat Chuang memindahkan perusahaanya dari Garut ke Bandung.

Baca Juga: Pembayaran UGR Tol Getaci Dikebut, Titik Nol Telah Ditetapkan, Gedebage-Garut Utara Paling Awal Dibangun

Perusahan ini dilanjutkan oleh anak-anak Chuang, John dan Joseph yang kemudian mendirikan perusahaan bernama PT Petra Food pada 1984.

Karena pasar yang terus berkembang, perusahaan ini akhirnya membuka kantor di Singapura, dan menjalin hubungan perdagangan dengan beberapa negara, seperti Thailand, Filipina, dan Jepang.

PT Perusahaan Industri Ceres pun menjadi satu bagian dengan PT Petra Food dengan produk dan merek andalan lainnya, seperti Delfi, SilverQueen, Ritz, Biskuit Selamat, Chunky Bar, hingga coklat tabur (meises) Ceres.

Top Brand For Teens Index

Kualitas yang konsisten rupanya membuat cokelat SilverQueen tetap menjadi coklat batangan yang sampai saat ini boleh dibilang digemari masyarakat Indonesia. Bukti itu ada pada Top Brand For Teens Index selama lima tahun berturut-turut untuk kategori coklat batangan.

Baca Juga: Rute Tol Getaci Berubah, Pemprov Jabar dan PUPR Tegaskan Pengerjaan Konstruksi Mulai 2024

Melihat ke belakang, coklat memiliki sejarah yang cukup panjang di Indonesia. Perkebunan kakao di Indonesia telah ada sejak sekitar tahun 1880, diusahakan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Kakao sebelumnya lebih dulu diperkenalkan ke Indonesia oleh bangsa Spanyol melalui Filipina. Spanyol membawa kakao ke Filipina negara kolonialnya, kemudian dari Filipina menyebar sampai ke Minahasa, Sulawesi Utara.***

 
Editor: Zair Mahesa

Sumber: goodnewsfromindonesia.id

Tags

Terkini

Terpopuler