AKIBAT Kemarau, Sejumlah Petani di Kabupaten Bandung Barat Alih Profesi dan Operasional PLTA Saguling Dibatasi

16 Agustus 2023, 18:48 WIB
PT PLN Indonesia Power batasi operasional PLTA Saguling akibat kemarau parah. Sejumlah petani beralih profesi jadi buruh serabutan. /Antara/PLN Indonesia power/

DESKJABAT – Akibat musim kemarau parah saat ini berpengaruh terhadap fungsional Bendungan Saguling yang brada di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Sejumlah petani terpaksa alih profesi menjadi buruh serabutan.

Musim kemarau parah juga memaksa PT PLN Indonesia Power membatasi operasional PLTA Saguling akibat pasokan air ke bendungan mengalami penurunan drastis. Kekeringan menyebabkan permukaan air di Bendungan Saguling turun hingga sekitar 15 meter.

Baca Juga: KASUS Subang 2021 Terbaru, Polda Jabar Periksa Mulyana dan Mantan Kepala Sekolah, Posisi Mobil Yaris Terkuak

Hal itu dikemukakan ahli tata kelola pembangkit PLTA Saguling Novy Heryanto seperti dikutip dari kantor berita Antara, Rabu 16 Agustus 2023.

Menurutnya, musim kemarau parah saat ini membuat air di bendungan Saguling surut. Penyurutan muka air bahkan terjadi hingga sekitar 15 meter. Akibat pasokan debit air yang terus menyusut, berpengaruh pada produksi PLTA Saguling yang berkapasitas 700 MW tersebut.

"Dengan kondisi inflow yang kecil, maka akan berpengaruh dengan produksi listrik dari PLTA Saguling. Dan PLTA Saguling hanya akan dioperasikan optimal saat beban puncak, yakni jam 17.00 - 22.00," kata Novy dalam pesan singkatnya di Bandung, Rabu 16 Agustus 2023.

Novy menambahkan, di luar waktu jam beban puncak tersebut, PLTA Saguling yang memiliki empat turbin, akan dioperasikan sesuai permintaan dari Pusat Pengatur Beban.

Novy memaparkan, dengan kondisi tersebut, pihaknya memanfaatkan momen tersebut melakukan pemeliharaan mesin-mesin pembangkit PLTA Saguling untuk mengembalikan performa peralatan.

"Sehingga nantinya saat musim hujan pembangkit dapat beroperasi dengan penuh atau full load capacity," ucapnya.

Sejumlah Petani Alih Profesi

Kekeringan yang berdampak pada debit air di Bendungan Saguling jga berdampak hebat kepada sektor pertanian di sekitarnya.

Novy mengemukakan bahwa meski bendungan yang terletak pada ketinggian 643 meter di atas permukaan laut ini juga memiliki fungsi lain untuk pengairan pertanian, namun fungsi utama Bendungan Saguling adalah untuk memenuhi kebutuhan energi primer yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.

Baca Juga: ADA Jejak Perusahaan Malaysia di Tol Getaci, Rencana Tembus hingga Solo, Kemanakah Gerangan Saat Ini?

"Jadi tidak difungsikan untuk pengairan pertanian, sehingga PLN IP Saguling tidak memiliki tanggung jawab terhadap pengairan pertanian dari waduk Saguling, dan kami tidak memiliki wewenang itu sehingga tidak mengetahui dampak kemarau untuk pengairan dan pertanian," ujarnya.

Akibat penyusutan permukaan air di Bendungan Saguling telah memunculkan lahan baru di bantaran bendungan yang mengalami kekeringan. Sejumlah petani di sekitar, memanfaatkan lahan baru di bantaran waduk tersebut untuk bercocok tanam.

Mereka memanfaatkan lahan di bantaran waduk itu dengan bercocok tanam palawija seperti mentimun, umbi-umbian, hingga sayuran, seperti di wilayah Desa Cangkorah.

Kasi Pemerintahan Desa Cangkorah, Wawan Rohman mengatakan, dengan kekeringan di sana yang terasa sejak dua bulan terakhir, para petani akhirnya memilih alih profesi menjadi buruh serabutan, berdagang, hingga mengkonversi lahan tani bantaran waduk demi memenuhi ekonomi mereka.

Menurut Wawan, sekira 500 petani yang memanfaatkan lahan bantaran waduk untuk bertahan menghidupi kebutuhan sehari-hari.

"Petani di bantaran Waduk Saguling karena sawahnya kering lumayan banyak ada 500 orang. Tersebar di RW 02, 06, 05, 07, dan 08, 09, 10, 11, dan RW 16. Rata-rata tanam sayuran, umbiumbian, dan tanaman lain yang cepat panen," kata Wawan.

Baca Juga: SELAMAT ! Kamu Lolos Seleksi Prakerja Gelombang 59, Inilah Daftar Pelatihan yang Direkomendasikan, Tentukan!

Sebelumnya, diberitakan sebanyak 178 hektare lahan persawahan di 13 desa di 4 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yakni Cililin, Sindangkerta, Cihampelas, dan Batujajar, mengalami kekeringan akibat kemarau imbas dari badai El Nino.

Bahkan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, menilai luasan ini bisa bertambah karena diprediksi El Nino akan berlangsung sampai akhir tahun.

DKPP telah menyiapkan dua skema, yang pertama, bagi para petani pemerintah menyiapkan insentif. Sementara itu untuk lahan kering, pemerintah mengupayakan dukungan infrastruktur sumur bor dan mesin sedot air.

Serta meminta petani di wilayah Bandung Barat dengan potensi kekeringan ini, bisa adaptif memanfaatkan lahan, seperti memulai budidaya tanaman yang membutuhkan sedikit air atau toleran kekeringan.***

Ingin mengetahui berita kemarau lainnya, pantau di Google News Desk Jabar. KLIK DI SINI

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler