Di Bandung, Kasur Kapuk Pernah Menjadi Alas Tidur Paling Nikmat, dan Keunggulan, Kini Kembali Dicari

25 Januari 2023, 09:20 WIB
Foto tahun 1980-an, sejumlah penjual kasur kapuk di pertigaan Kosambi Jalan Ahmad Yani-Jalan Cipaera Bandung, difoto orang Belanda, Henk van Rinsum. /dok Nationaal Museum van Wereldculturen Belanda

DESKJABAR – Alas tidur berupa kasur merupakan kebutuhan pokok yang pasti tersedia pada setiap rumah yang ditempati.

Di Kota Bandung, dahulu kasur kapuk pernah menjadi alas tidur paling nikmat, dan masih ada keunggulan pada masa kini. 

Zaman sekarang, di Jawa Barat, sebenarnya masih ada orang-orang yang lebih suka menggunakan kasur kapuk, walau pun tidak sebanyak dahulu.

Pada masa kini, diantara sebagian orang, mulai mencari kembali kasur kapuk. Ini terutama bagi mereka yang sudah mencoba merasakan tidur pada kasur kapuk, dan ingin menggunakan sendiri.

Masa penggunaan kasur kapuk mulai tergeser sejak tahun 1990-an, ketika kasur busa mulai banyak dijual. 

 Baca Juga: Sejarah Pengamen di Bandung, Sejak Kapan Banyak Muncul ? Evolusi Alat Musik Digunakan

Aspek keunggulan kasur kapuk

Tetapi ada keunggulan alas tidur berupa kasur kapuk, yaitu terasa lebih nyaman dan sejuk ketika dipakai. Pada musim hujan terasa hangat, tetapi terasa segar ketika musim panas.

Pada masa kini, penjualan kasur kapuk sebenarnya masih ada, tetapi sudah jauh tergolong sedikit dibandingkan kasur busa.

Orang-orang pada masa kini menganggap kasur busa lebih praktis dan awet dibandingkan kasur kapuk.

Tidur pada kasur kapuk ada kenikmatan tersendiri, membuat badan tetap segar. Sebab, punggung tetap terasa nyaman. Apalagi, jika menggunakan sprei dengan bahan yang cocok.

 Baca Juga: Sejarah Setan Kuntilanak Ada juga Versi Eropa, Bukan Hanya Versi Indonesia, Begini Ceritanya

Perbedaan kasur kapuk dan kasur busa

Ada pun kasur kapuk, berisi bantalan dari kapuk randu, sedangkan kasur busa berupa potongan spons besar.

Kekurangannya, kasur kapuk harus rajin dijemur sebulan sekali, untuk membersihkan debu kapuk. Jika sudah menipis kapuknya, kemudian diisi kembali.

Orang-orang rata-rata menggunakan semacam pemukul dari bahan rotan, untuk membersihkan debu kapuk.

 Baca Juga: Kios Rokok Eceran Ala Jadul Ini Masih Bertahan di Bandung dan Sumedang, Serta Kenangan Zaman Dahulu

Kenangan para penjual kasur kapuk di Bandung

Ada kenangan di Kota Bandung, ketika kasur kapuk masih umum digunakan masyarakat, setidaknya pada tahun 1980-an lalu.

Pertigaan Jalan Ahmad Yani depan Pasar Kosambi-Jalan Cipaera Bandung, pada masa kini. dahulu pernah banyak penjual keliling kasur kapuk. Google Maps

Ketika itu, penjualan kasur kapuk juga banyak penjual keliling. Tampilan penjual kasur kapuk tampak unik, karena kasurnya dilipat dan orangnya ada di tengah berjalan-jalan.

Sepintas, dari kejauhan tampilan penjual kasur kapuk tampak mirip keranda mayat yang berjalan sendiri.

Tetapi kasur kapuk bisa dibawa-bawa dijual keliling, karena terasa ringan tidak seperti kasur busa yang berat dan sangat sulit digulung.

 Baca Juga: Jalan Tol Getaci Dibangun, Tanjakan Gentong Tasikmalaya Bakal Tinggal Kenangan

Di Kota Bandung, para penjual kasur kapuk keliling, juga pernah banyak di kawasan Kosambi Jalan Ahmad Yani pada tahun 1980-an.

Pada foto tahun 1980 dibuat orang Belanda, Henk van Rinsum, yang arsipnya tersimpan di Nationaal Museum van Wereldculturen Belanda, tampak sejumlah penjual kasur kapuk keliling sedang nongkrong di mulut Jalan Cipaera-Jalan Ahmad Yani seberang Pasar Kosambi.

Henk van Rinsum memiliki ketertarikan terhadap kehidupan masyarakat Bandung pada tahun 1970-an dan 1980-an.

 Baca Juga: Pembukaan Piala Dunia 2022 di Qatar, Parade Maskot Lucu, Ada Kenangan Warga Senior di Bandung

Berdasarkan catatan DeskJabar, ketika kasur kapuk masih umum digunakan, salah satu hal keterkaitan, dimana pada pinggiran Kota Bandung seperti Tanjungsari Sumedang dan sekitarnya, serta Padalarang, pada tahun-tahun 1980-an masih banyak pohon kapuk randu pada kebun-kebun masyarakat dan sepanjang jalan.

Oleh masyarakat, ketika itu pohon-pohon kapuk randu dianggap biasa di keseharian sebagai bahan baku bantalan kasur.

Orang-orang yang masih punya pohon kapuk, rata-rata menggunakan untuk dijual dan keperluan mengisi kasur miliknya sendiri.

Tetapi tanpa terasa, pohon-pohon kapuk mulai menghilang pada tahun 1990-an, seiring semakin banyak kasur busa digunakan.

Ketika itu, para pedagang kasur busa munculkan iklan dengan kesan bahwa kasur busa lebih modern. Ini membuat , masyarakat ada anggapan, penggunaan kasur busa lebih bergengsi dibandingkan kasur kapuk. ***

Editor: Kodar Solihat

Tags

Terkini

Terpopuler