Pembunuh Ibu dan Anak di Subang Adalah Psikopat? Sumy Hastry Jelaskan, Luka Di Wajah Korban, Berarti Pelaku...

30 April 2022, 23:26 WIB
Dalam suatu acara bincang-bincang forensik, pakar forensik dr Sumy Hastry pernah melontarkan kemungkinan pembunuh ibu dan anak di Subang adalah psikopat. /Kolase foto PMJ News, Instagram @hastry_forensik, YouTube Indra Zainal Chanel/

DESKJABAR - Dua hari menjelang Idul Fitri 2022, penyidikan kasus pembunuhan ibu dan anak yang menewaskan Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, terus berjalan.

Sampai Minggu malam, 30 April 2022, tim penyidik Direktorat Reserse dan Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jabar masih belum mengumumkan tersangka pembunuh, dalang, dan orang yang mengetahui tindak kejahatan tersebut.

Dalam upaya menguak kasus Subang, tim penyidik bekerja sama dengan banyak ahli. Termasuk di antaranya, ahli forensik Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti.

Dalam suatu acara bincang-bincang forensik, dr Sumy Hastry pernah mengemukakan kemungkinan pembunuh ibu dan anak di Subang adalah psikopat.

Baca Juga: KASUS SUBANG TERUPDATE, Dokter Forensik Sumy Hastry Ditanya Soal Oknum Banpol, Begini Jawabannya

Berdasarkan penjelasan Kamus Besar Bahasa Indonesia, psikopat adalah orang yang karena kelainan jiwa menunjukkan perilaku yang menyimpang sehingga mengalami kesulitan dalam pergaulan.

Sumy Hastry turut terlibat dalam kasus Subang pada saat melakukan autopsi kedua terhadap jenazah korban, yaitu Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu alias Amel. 

Meskipun penyidikan kasus Subang sudah berlangsung lama, dr Sumy Hastry tetap berkeyakinan, kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang bakal terungkap.

"Saya yakin terungkap. Cuma butuh waktu," ujar dr Sumy Hastry. 

Keyakinan dr Sumy Hastry tersebut muncul dalam acara Forensic Talk ke-13 yang dipandu Prof Drs Adrianus Meliala, MSi, MSc, PhD, yang diunggah di akun resmi Pusat Forensik Terintegrasi UI, @pusatforensikui, pada Minggu, 7 November 2021.

Meskipun tidak menyebutkan jumlah luka di tubuh korban, Sumy Hastry memastikan ada luka yang mematikan pada korban. 

Soal autopsi kedua kalinya, Sumy Hastry menjelaskan bahwa itu bukan berarti autopsi yang pertama kesannya tidak benar.

Sumy Hastry setelah membaca hasil visum autopsi pertama menilai keterangannya kurang lengkap. Akhirnya ia pun melakukan autopsi kedua. 

"Untuk semakin terbuka kasusnya, dari how, when, why, itu biar jelas, ya kita periksa lagi. Ternyata memang ada yang belum diperiksa," tutur Sumy Hastry.

Baca Juga: INFO TERKINI Kasus Pembunuhan Subang, Achmad Taufan Tegaskan Danu Bukan Berbohong, Tetapi... 

Sumy Hastry melakukan autopsi kedua pada 2 Oktober 2021, berjarak 1 bulan 15 hari sejak kejadian, dan ke TKP mengambil data yang dirasa kurang.

"Harusnya memang tidak ada autopsi kedua di kedokteran forensik. Tapi kalau memang dianggap perlu ya kita periksa lagi. Karena memang periksa jenazah itu kayak mudah tetapi sebenarnya sulit," kata Sumy Hastry.

Meskipun tidak menyebutkan hasil autopsi kedua, Sumy Hastry menjelaskan bahwa dari hasil autopsi kedua, ia melakukan dua hal, yaitu:

1. Mengoreksi waktu kematian korban.

2. Menambah keterangan.

Sedangkan cara, mekanisme, dan sebab, sama.

Menurut Sumy Hastry, waktu kematian tidak salah, tetapi hasil autopsinya mengecilkan lagi waktu kematian. Mungkin karena pengalaman.

Sedangkan cara kematian, mekanisme kematian, dan sebab kematian, sama dengan hasil autopsi pertama.

Menurut Sumy Hastry, waktu kematian dari hasil autopsi pertama tidak salah, tetapi hasil autopsi kedua 'mengecilkan lagi' waktu kematian.

Baca Juga: INFO TERKINI Kasus Subang, Misteri Anjing Pelacak Gonggong dan Gigit Danu, Polisi Sudah Punya Jawaban

Tanggapan Sumy Hastry soal psikopat 

Pada kesempatan tanya jawab, seorang netizen bertanya kepada Sumy Hastry, apa mungkin pelaku pembunuh kasus Subang adalah psikopat.

Menanggapi hal itu, dr Sumy Hastry mengatakan, mungkin.

Oleh karena itu, kata dia melanjutkan, dalam kasus Subang, perlu ada psikolog untuk mengetahui apakah memang saksi berbohong, mengarang, atau memang terlibat.

Selain itu, dibutuhkan pula psikiater forensik untuk memprofil pelaku dari luka-luka korban.

"Oh luka ini sangat mematikan. Sekali tebas, sekali ayun. Berarti dia sadis," kata Sumy Hastry.

Sumy Hastry menjelaskan, jika ada luka di kepala atau wajah korban, berarti pelaku benci sekali terhadap korban.

"Tidak ada tedeng aling-aling atau keraguan. Sudah ter-mind set di kepala pelaku, ini korban harus mati. Itu dari luka-luka," tutur Sumy Hastry.

Sumy Hastry pun menekankan bila ada kasus-kasus kejahatan, masyarakat harus membantu polisi. Caranya dengan tidak masuk ke TKP apapun alasannya.

"Walaupun kamu keluarganya. Tidak setiap tempat atau kejadian, lapor polisi, polisi cepat datang. Yang dekat-dekat ini membantu untuk mengamankan TKP. Dari situ kita bisa lihat alibinya mereka bagaimana," tutur Sumy Hastry.

Baca Juga: FAKTA TERUNGKAP Kasus Subang, Sumy Hastry Lakukan 2 Hal Ini Saat Autopsi Kedua, Ada yang Belum Diperiksa?

Pada kesempatan itu, Adrianus Meliala berkomentar, kalau misalnya ada kelemahan pada petugas, masih bisa diterima. Yang tidak bisa diterima adalah kalau misalnya ada niat buruk dari petugas untuk menghilangkan barang bukti atau mengeluarkan skenario baru.

"Ini yang perlu kita jaga. Jangan sampai salah arah seperti itu. Nanti ujung-ujungnya orang yang nggak bersalah kemudian dipersalahkan. Orang yang bersalah malah bebas," kata Adrianus Meliala.

Menanggapi hal itu, Sumy Hastry memastikan bahwa teman-teman penyidik tidak seperti itu.

"Mereka bekerja benar-benar pakai hati. Apalagi di kasus Subang. Mereka juga ingin terungkap Prof dan masih semangat," kata Sumy Hastry.

Sumy Hastry pun kembali menyampaikan keyakinannya bahwa kasus Subang pasti terungkap.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Instagram @pusatforensikui

Tags

Terkini

Terpopuler