Zaman Dahulu, Pernah Banyak Orang Makan Sepatu, SEJARAH JAWA BARAT

16 April 2021, 14:11 WIB
Sepatu zaman dahulu /KITLV Universiteit Leiden Belanda

DESKJABAR – Pada masa kini, sepatu sudah menjadi barang kebutuhan umum.

Bahkan, di Kota Bandung pun, diketahui sangat banyak orang berjualan sepatu dari aneka bahan, yang dijual di toko sampai emperan, dll.

Namun pada zaman dahulu, sampai tahun 1950-an, sepatu masih menjadi barang sangat berharga, dan umumnya masih dibuat dari bahan kulit.

Namun dalam kejadian tertentu, pernah banyak orang memakan sepatu, terutama saat sedang kelaparan pada tahun 1950-an.

Saat tulisan ini dibuat oleh DeskJabar pada Jumat, 16 April 2021, dengan awal menceritakan orang yang sepatunya dirampok di Jalan Karapitan Bandung pada 16 April 1952.

Baca Juga: Setda Dan Bappeda Pangandaran Tahun Ini Akan Menempati Kantor Baru

Diberitakan AID : de Preangerbode pada 17 April 1952 memberitakan, terjadinya perampokan sepeda dan sepatu yang terjadi di Jalan Karapitan Bandung, pada 16 April 1952.

Diberitakan, korban yang kehilangan sepeda dan sepatu tersebut, mengalami luka tembak yang serius.

Disebutkan, perampokan sepeda dan sepatu tersebut, terjadi pada 16 April 1952 malam sekitar pukul 23.15 WIB.

Lokasi perampokan terjadi di dekat simpang Jalan Karapitan dan Jalan Gurame.

Baca Juga: Sejumlah Kalangan di Jepang Mendesak Pemerintah Menunda Kembali Olimpiade 2020

AID de Preangerbode 17 April 1952/Dok Koninklijke Bibliotheek Belanda

Kejadian ini diketahui, ketika seseorang yang lewat menemukan seorang pria yang terluka parah yang mengeluarkan banyak darah dari luka tembak di pinggulnya.

Polisi pun segera datang, lalu meminta informasi dari pria tersebut, sebelum kehilangan kesadaran. Kemudian, pria tersebut diketahui menjadi korban perampokan keji.

Disebutkan, kejadian ini bermula ketika korban melintas menggunakan sepeda dari arah Lapangan Sepakbola UNI (kini sudah lenyap, berganti menjadi sebuah apartemen) Jalan Karapitan.

Tampaknya, korban sedang dari utara menuju ke arah selatan. Tiba-tiba, korban disergap orang tak dikenal yang mencoba merebut sepedanya.

Baca Juga: Ular Kecil Berbisa Ditemukan Dalam Kemasan Salad yang Dibeli di Supermarket di Australia

Korban kemudian melawan dan meninju wajah penjahat itu. Namun kemudian, penjahat kedua, yang bersenjatakan pistol.

Melihat gelagat membahayakan, korban diketahui bernama Arman, yang tinggal di Jalan Nursijan,  kemudian meninggalkan sepedanya lalu mencari bantuan.

Namun, Arman kemudian ditembak oleh penjahat kedua tersebut. Korban kemudian kehilangan sepatu dan sepedanya.

Arman kemudian dibawa ke Rumah Sakit Rancabadak (kini RS Hasan Sadikin). Namun kondisi luka parah akibat tembakan yang diderita Arman, membuatnya dalam kondisi kritis.

Namun tak jelas, perampokan sepatu tersebut, apakah untuk dipakai, dijual lagi, atau kemudian dimakan oleh perampoknya.

Baca Juga: BMKG: Badai Siklon Tropis Surigae Menjauh, Kawasan Timur Indonesia Diguyur Hujan Petir dan Angin Kencang

Bahan sepatu

Soal sepatu, ada catatan ketika DeskJabar pernah bertemu dengan salah seorang tokoh perajin makanan kerupuk kulit dan dorokdok di Sukaregang, Garut, sekitar tahun 2003 lalu.

Saat itu, tokoh tersebut usianya sudah sekitar 80-an tahun. 

Ia mengenang, bahwa pada tahun 1950-an, yang namanya sepatu memang menjadi barang sangat berharga, dan dibuat dari kulit kerbau atau kulit sapi asli (tanpa campuran bahan kimia).

Bapak tersebut mengatakan, pada masa-masa itu bersamaan berkembangnya produksi kerupuk kulit dan produksi sepatu di Sukaregang, Garut.

Tak lama kemudian, kenang bapak tersebut, kondisi kelaparan melanda Pulau Jawa. Di Jawa Barat pun juga ada sebagian orang-orang yang mengalaminya, walau tak sebanyak provinsi lain.

Kala itu, kenangnya, banyak sepatu bekas kemudian dimakan oleh pemiliknya. Caranya, sepatu bekas itu disayat-sayat, lalu dibuat kerupuk kulit. (Kodar Solihat/DeskJabar) ***

 

Editor: Kodar Solihat

Tags

Terkini

Terpopuler