Banyak Pelayan Kafe di Kota Bandung Kini Asing dengan Bahasa Sehari-hari Menu Dijual

6 April 2021, 18:43 WIB
Suguhan kopi hitam, cenderung lebih dikenal sebagai black coffee pada sejumlah kafe di Bandung /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Bisnis kafe atau pun rumah makan alias restoran, menjadi salah satu usaha yang berkembang pada abad ke-21 ini di Kota Bandung, Jawa Barat.

Mungkin untuk memunculkan rasa penasaran bagi pembeli atau mungkin untuk meningkatkan gengsi, banyak kafe atau restoran mencantumkan sejumlah menu yang dijualnya dengan Bahasa Inggris.

Namun, belakangan ini, ada fenomena, di mana beberapa kafe dan restoran di Kota Bandung, sebagian pelayan tampak sudah kurang lagi mengenal bahasa sehari-hari terhadap menu-menu yang dijual.

Baca Juga: WOW, Lagu Hits Dynamite BTS tak Henti-Hentinya Diganjar Penghargaan, Mengalahkan Gangnam Style

Fenomena demikian, tampak terutama oleh sebagian pelayan kafe atau restoran generasi milenial. Dalam beberapa suasana, tampak ada pemesan menu-menu minuman yang menjadi keder dengan istilah-istilah menu yang dijual.

Misalnya, saat pembeli memesan teh hijau, pelayan kafe menjawab “tidak ada, adanya green tea”, atau memesan kopi hitam juga dijawab “tidak ada, yang ada black coffee”, serta saat memesan teh hangat atau teh panas, dijawabnya “adanya hot tea,”, pesan jus alpukat dijawab “adanya juice avocado, gak apa-apa ?”, dll.

Tentu saja, si pembeli yang memasan minuman-minuman tersebut, menjadi garuk-garuk kepala kebingungan. Sebab, si pelayan memang tampak sangat tidak mengenal, sebutan bahasa sehari-hari minuman dimaksud.

Baca Juga: Kabar Gembira Bagi Para Pendaki, Gunung Gede Pangrango Cianjur Dibuka Kembali

Bahkan, tampak umum pada sejumlah tempat makan, begitu ada yang pesan menu ayam goreng, dijawab, “ini adanya fried chicken, atau adanya ayam chicken”. Atau pula, saat dipesan, segelas air putih, dijawabnya adalah “adanya mineral water”.

Bahkan pada restoran sebuah hotel berbintang di Kota Bandung, dalam suatu waktu, tampak ada tamu yang memesan sebuah menu makanan yang ditulis menggunakan Bahasa Inggris.

Begitu makanan yang dipesan tersebut datang dihidangkan oleh pelayan kafe, yang memesan kemudian komplain, “Ini mah bala-bala (makanan lokal sejenis bakwan), yang tadi saya pesan apa ?”

Baca Juga: Pemkab Bekasi akan Merazia dan Menutup Tempat Hiburan Malam yang Nekad Buka Selama Ramadhan 2021

Si pelayan kafe kemudian menjawab dengan tenang, “Iya pak, ini menu makanan dimaksud dalam daftar menu tadi.”

Yang jelas, biasanya, kalau menu-menu yang ditawarkan ditulis dengan Bahasa Inggris, biasanya menjadi lebih tinggi harganya dibandingkan dituliskan dengan bahasa lokal. Padahal, menu baik minuman atau pun makanan, masih yang itu-itu juga.

Namun ada pula menu jajanan khas Bandung, yang belum berubah penyebutannya jika dijual di kafe, misalnya batagor (baso tahu goreng). Mungkin jika dipaksakan mengikuti Bahasa Inggris, akan menjadi janggal jika batagor kemudian ditulis menjadi fried crispy tofu. (Kodar Solihat/DeskJabar) ***

 

Editor: Kodar Solihat

Tags

Terkini

Terpopuler