Kleptomania, Dorongan Mengutil atau Mencuri tanpa Bisa Dihentikan, Bisa Juga Menimpa Orang Kaya

- 15 Agustus 2022, 13:36 WIB
Seorang dengan kleptomania tak bisa mengerem dorongan mencuri.
Seorang dengan kleptomania tak bisa mengerem dorongan mencuri. /Pixabay/ RiaKartika/

DESKJABAR - Ada sementara orang yang memiliki kelainan perilaku, mencuri tanpa tanpa bisa dihentikan. Dalam ilmu psiokologi, ketidakmampuan menahan dorongan mencuri atau mengutil disebut kleptomania.

Seorang penderita kleptomania bisa saja tidak butuh akan benda yang dicurinya. Sehingga orang kaya pun bisa menderita kelainan mental itu.

Seorang dengan kleptomania juga akan mendapatkan dorongan untuk mencuri secara berulang, dan ia tak bisa mengeremnya.

Barang-barang yang dicuri biasanya bukan barang-barang yang 'wah' atau berharga, namun yang sepele. Apalagi bagi orang kaya mungkin tidak berarti apa-apa.

Baca Juga: Viral Ibu Pakai Mercy Curi Cokelat di Alfamart Netizen Kaitan soal Kleptomania, Apa Itu dan Bagaimana Cirinya?

Kleptomania merupakan gangguan kesehatan mental yang langka namun serius. Seseorang dengan kleptomania akan menderita, juga orang-orang dekat di sekitarnya pun tidak nyaman.

Dikutip dari mayoclinic.org, kleptomania merupakan jenis gangguan kontrol impuls, atau gangguan yang ditandai masalah kontrol diri emosional atau perilaku.

Banyak orang dengan kleptomania yang menyembunyikan kelainan perilakunya itu, karena takut untuk mengunjungi layanan perawatan mental/ gangguan kejiwaan.

Memang tidak ada obat untuk kleptomania. Namun ia bisa menjalani psikoterapi yang dapat membantu mengakhiri siklus pencurian kompulsif.

Baca Juga: Kasus Pegawai Alfamart Dinilai Tindakan Intimidasi, Manajemen Alfamart Tunjuk Hotman Paris jadi Pengacara

Gejala

Seseorang dengan gejala kleptomania mungkin mengalami:

1. Ketidakmampuan untuk menahan dorongan kuat untuk mencuri barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

2. Ada peningkatan ketegangan, kecemasan, atau gairah untuk mencuri.

3. Ada perasaan senang, lega atau kepuasan saat mencuri

4. Memiliki rasa bersalah, menyesal, membenci diri sendiri, malu atau takut ditangkap setelah pencurian.

Baca Juga: Tempat Wisata di Kota Malang Ini, Selain Edukatif, Hits, Keren dan Instagramable, Aman untuk Anak-Anak

5. Kembalinya dorongan dan pengulangan siklus kleptomania.

Orang dengan kleptomania biasanya menunjukkan karakteristik tertentu.

1. Tidak seperti pengutil umumnya, pengidap kleptomania tidak mencuri secara kompulsif untuk keuntungan pribadi, berani, untuk balas dendam atau karena pemberontakan.

Para penderita kleptomania mencuri hanya karena dorongan yang begitu kuat sehingga tidak bisa menahannya.

2. Perbuatan kleptomania umumnya terjadi secara spontan, tanpa perencanaan dan tanpa bantuan dari orang lain.

Baca Juga: World Tourism Day 2022 di Bali, Sandiaga Uno: Lapangan Kerja Enam Kali Lipat Bisa Tercapai, Begini Caranya

3. Kebanyakan penderita kleptomania mencuri dari tempat umum, seperti toko dan supermarket. Beberapa mungkin mencuri dari teman atau kenalan, seperti di pesta.

4. Seringkali, barang curian tidak memiliki nilai bagi penderita kleptomania, dan orang tersebut mampu membelinya.

5. Barang-barang yang dicuri biasanya disimpan, tidak pernah digunakan. Bisa jadi, barang-barang itu disumbangkan, diberikan kepada keluarga atau teman, bahkan mungkin secara diam-diam dikembalikan ke tempat barang-barang itu dicuri.

6. Dorongan untuk mencuri mungkin datang dan pergi atau mungkin terjadi dengan intensitas yang lebih besar atau lebih kecil dari waktu ke waktu.

Kapan harus ke dokter?

Jika seseorang dengan kleptomania ingin berhenti mengutil, sebaiknya temui psikolog atau psikiater.

Alasan karena takut ditangkap dan dipenjara jika memeriksakan diri adalah hal yang keliru.

Seorang profesional kesehatan mental biasanya tidak melaporkan pencurian seorang kleptomania kepada pihak berwenang.***

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: mayoclinic


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah