DESKJABAR – Nikotin merupakan salah satu zat adiktif yang terdapat pada rokok, apabila penggunaan rokok dilakukan secara terus-menerus, akan menimbulkan bahaya khususnya untuk kesehatan.
Selain itu, zat nikotin yang terdapat pada rokok dapat membuat efek kecanduan.
Tidak hanya zat nikotin yang terdapat dalam rokok, namun berbagai jenis zat adiktif terdapat di dalamnya.
Baca Juga: Gempa Paling Mematikan di Afghanistan, Tercatat 1.500 Tewas dan 2.000 Terluka
Orang yang menghisap rokok, dalam prosesnya otak akan bekerja untuk melepaskan dopamin yang dapat memberikan sensasi perasaan senang atau bahagia.
Meski dapat memberikan perasaan senang dan bahagia, rokok justru sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia.
Selain berbahaya untuk perokok aktif, kandungan zat kimia yang dibakar pada rokok sangat berbahaya bagi mereka yang merupakan perokok pasif.
Mengutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, berdasarkan data dari organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization), Indonesia merupakan Negara ketiga terbesar dalam hal jumlah perokok terbanyak di dunia.
Masih mengutip pada sumber yang sama, WHO memperkirakan di tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia mencapai 10 juta jiwa dengan rincian 70 persen berasal dari negara berkembang.
Sementara menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, hamper setengah juta orang Amerika meninggal setiap tahun karena merokok atau terpapar asap rokok.
Berbagai penyakit dapat ditimbulkan dari rokok seperti kanker paru-paru, jantung, TBC, dan penyakit lainnya.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Tempat Wisata Murah di Surabaya Wajib Dikunjungi Bersama Keluarga Daat Liburan
Salah satu dari sekian banyak bahaya rokok, hal tersebut ternyata bisa berdampak negatif pada otak manusia.
Dilansir dari Healthline, berikut 5 efek samping yang paling umum dari zat nikotin rokok bagi otak manusia:
1. Penurunan kognitif
Penurunan kognitif pada otak manusia biasanya akan terjadi seiring bertambahnya usia.
Pada umumnya, penurunan kognitif pada manusia akan membuat orang lebih mudah lupa atau tidak dapat berpikir secepat ketika masih berusia muda.
Akan tetapi jika sering merokok, dapat menyebabkan penurunan kognitif yang lebih cepat daripada orang yang tidak merokok.
Menurut studi tahun 2012 yang memeriksa data kognitif dengan jumlah lebih dari 7.000 orang pria dan wanita, para peneliti menemukan bahwa perokok pria paruh baya mengalami penurunan kognitif yang lebih cepat dibanding yang tidak merokok.
2. Peningkatan risiko demensia
Perokok berisiko memiliki peningkatan demensia, atau suatu kondisi yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, perilaku, penilaian, serta memori, dan dapat menyebabkan perubahan kepribadian.
Dalam penelitian tahun 2015, yang membandingkan perokok dan bukan menemukan bahwa 30 persen perokok berpotensi mengalami demensia.
3. Kehilangan volume otak
Dalam suatu studi tahun 2017, semakin lama merokok maka semakin tinggi resiko kehilangan volume otak terkait usia yang lebih besar.
Para peneliti mengemukakan bahwa merokok berdampak negatif pada integritas struktural daerah otak subkortikal.
Mereka juga menemukan bahwa perokok, dibandingkan dengan bukan perokok, memiliki jumlah kehilangan volume otak terkait usia yang lebih besar di beberapa area otak.
4. Risiko terkena stroke
Perokok lebih mungkin menderita stroke daripada orang yang tidak merokok.
Menurut CDC, merokok meningkatkan risiko stroke dua hingga empat kali lipat pada pria dan wanita. Risiko ini meningkat jika merokok dalam jumlah yang lebih banyak.
Berhenti merokok selama lima tahun, dapat menurunkan resiko stroke seperti orang yang tidak pernah merokok.
5. Risiko terkena kanker lebih tinggi
Berbagai zat beracun pada rokok dapat masuk ke dalam otak dan tubuh, beberapa zat pada rokok memiliki kemampuan untuk menyebabkan kanker.
Hal ini diungkapkan oleh Dr. Harshal Kirane , yang merupakan direktur medis Wellbridge Addiction Treatment and Research.
Dijelaskan bahwa dengan paparan berulang terhadap tembakau, perubahan genetik di paru-paru, tenggorokan, atau otak dapat meningkatkan risiko terkena kanker.***
Sumber : Healthline, dan p2ptm.kemkes.go.id (Kemenkes RI)