Batita dan Balita Ngamuk tak Melulu Karena Kesambet, Ini Penyebabnya

- 4 Januari 2022, 12:08 WIB
Ilustrasi -  Anak yang tantrum, menangis atau marah sebaiknya diperlakukan penuh cinta.
Ilustrasi - Anak yang tantrum, menangis atau marah sebaiknya diperlakukan penuh cinta. /Pixabay/Tookapic/


DESKJABAR
- Bunda, apakah batita atau balita Anda sering ngamuk tak jelas susah dihentikan? Nangis berkepanjangan? Atau marah-marah? Kesambet kah?

Hampir dipastikan batita dan balita bunda pernah melakukan itu. Kadang bikin baper para bunda, apalagi mereka melakukan aksinya di depan publik. Pandangan semua orang seolah tertuju pada bunda dan sang buah hati. Jangan-jangan orang menganggap anak kita kesambet.

Apa yang ada di pikiran bunda melihat batita dan balita ngamuk dan susah dihentikan? Apa seperti kata orang tua dia kesambet atau diganggu makhluk halus.

Baca Juga: MR X Pelaku Pembunuh Ibu dan Anak di Subang, Pintar dan Seorang Sosiopat, Mungkinkah Ada Motif Asmara?

Baca Juga: Cara Melihat Orang yang Memakai Ilmu Pelet, Inilah Ciri-cirinya

Jangan buru-buru menyimpulkan ya Bunda. Tampaknya kita harus memastikan dulu apa benar batita atau balita kesambet atau bukan. Jangan-jangan batita dan balita cuma ingin berkomunikasi dengan bunda atau orang dewasa lainnya.

Tantrum atau kesambet?

Kata orangtua, anak bayi, batita dan balita rentan kesambet. Barangkali ada benarnya, karena mereka kan masih polos dan yang namanya makhluk halus, jin memang ada. Bukan tidak mungkin para makhluk tak kasat mata itu mengganggu buah hati kita.  

Namun, batita atau balita ngamuk tak melulu karena kerjaan makhluk halus atau jin. Bisa jadi itu adalah gejala biasa untuk anak-anak seumuran mereka. Cuma orang dewasa salah mengartikannya.

Baca Juga: Tips Memiliki Anak Cerdas dan Ber-IQ Tinggi Ala Orang Yahudi, Apa Bunda Sudah Mencontohnya?

Baca Juga: Inilah 4 Weton Paling Hoki dan Akan Kebanjiran Rezeki di Tahun 2022, Apakah Anda Termasuk ?

Ada yang dikenal dengan istilah tantrum pada batita dan balita. Tantrum biasa diartikan dengan ledakan emosi. Biasanya ini dimanifestasikan anak dalam bentuk sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak,membangkang atau marah. Pendeknya orangtua biasa menyebutnya sebagai ngamuk.

Tantrum sebenarnya wajar terjadi pada anak. “Biasanya anak mengalami tantrum pada usia 2 setengah tahun sampai 3 tahun atau 5 setengah tahun sampai 6 setengah tahun,” tegas Dra. Elia Daryati M.Si, psikolog perkembangan anak, kepada DeskJabar.com, Selasa 4 Januari 2022.

Tantrum terjadi karena keterbatasan kosa kata anak. Nah, nangis, membangkang, dan marah adalah bahasa ekspresi batita dan balita.

Baca Juga: Herry Wirawan Pemerkosa 12 Santriwati Membantah? Moment Pemeriksaan Terdakwa di PN Bandung Bisa Jadi Alibi

Baca Juga: MENGERIKAN, Ini Kata Psikiater, Saksi Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Bisa Alami Ini

Batita dan balita masih sangat terbatas kosa katanya, jadi mereka mengekspresikan keinginannya dengan bentuk-bentuk bahasa tersebut.

Celakanya orang dewasa sulit mengartikan apa yang dimaui batita dan balita. Perlu waktu dan pengamatan untuk mengerti bahasa mereka. Dan itu tantangan ya para bunda, juga untuk orang dewasa lainnya.

Apakah kita harus marah juga dan kesal terhadap anak yang tantrum? Tentu tidak bukan.

Baca Juga: Silakan Pilih Paket Puasa yang Mana, Kata dr Zaidul Akbar Bisa Jadi Pelindung Tubuh dari Segala Penyakit

Justru, kata Elia, bunda atau orang dewasa lainnya harus tenang menghadapi keadaan tersebut.

Pikirkan tindakan apa yang sebaiknya diambil untuk menenangkan batita dan balita yang sedang tantrum.

Pelukan atau dekapan adalah salah satu cara yang jitu untuk mengatasi kondisi itu. “Ambil anak dengan lembut, dan dekaplah, keukeupan kalau kata orang sunda,” kata Elia yang menyebut tindakan itu sebagai Keukeup Therapy.

Baca Juga: Inilah Pohon-pohon yang Disukai Makhluk Halus, Jadi ‘Rumah Tinggal’ yang Nyaman   

Jangan lupa, kata Elia, perlakuaan orangtua terhadap anak akan mempengaruhi perkembangan anak. Jadi, jika bunda marah dalam mengatasi anak tantrum, kelak anak akan berpikir bahwa menyelesaikan masalah adalah dengan marah.

“Anak itu pintar mengimitasi,” kata Elia.

Jadi tenangkanlah anak dengan lembut dan orang dewasa juga harus tenang, tidak panik.

Baca Juga: Cara Menerka Orang yang Mempunyai Khodam Pendamping, Lihatlah 5 Ciri-ciri Ini

Menangis itu bagian komunikasi. Pola komunikasi berkembang sejalan dengan waktu. Pola komunikasi akan terus berkembang dan bertambah, sehingga sejalan dengan waktu tantrum akan berkurang.

Namai bentuk emosi anak

Selain itu, Elia menyarakan agar para orangtua dan orang dewasa lainnya untuk pintar-pintar menamai perasaan atau bentuk emosi anak. Misalnya, jika dia menangis kencang coba periksa apakah dia lapar atau ingin tidur.

“Menamai perasaan anak itu adalah bentuk empati,” jelas dosen LP3i dan STA LAN Bandung ini.

Baca Juga: Ingin Awet Muda dan Sehat, Ternyata Murah Hanya Rp10ribu Saja, Simak Penjelasan dr. Zaidul Akbar

Tindakan menenangkan anak dengan menyelami perasaannya salah satu bentuk bonding (kelekatan) dan pembelajaran emosi.

“Orang yang stabil emosinya , bersyukurlah, karena itu adalah keberuntungan. Jangan mudah marah dalam menyelesaikan masalah,” saran Elia.

Bagaimana kalau anak tantrum di depan umum atau area publik? Jangan panik, cobalah alihkan perhatian anak ke hal-hal yang mungkin menarik untuknya. Tentu sambil dipeluk ya Bunda.  Itu akan lebih efektif dibandingkan jika orang tua marah-marah. ***

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah