Terapkan Developmental Care pada Anak Lahir Prematur agar Tumbuh dan Berkembang dalam Kondisi Optimal

- 19 November 2021, 23:06 WIB
Ilustrasi bayi.Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi Dr. dr. Putri Maharani TM, Sp.A(K) menjelaskan, kesulitan utama dalam kasus prematur ialah perawatan anak lahir prematur.
Ilustrasi bayi.Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi Dr. dr. Putri Maharani TM, Sp.A(K) menjelaskan, kesulitan utama dalam kasus prematur ialah perawatan anak lahir prematur. /Pixabay/StockSnap/

"Faktor kenyamanan dapat dilakukan dengan membangun ikatan yang kuat (bonding time) antara orangtua dan si kecil dan mempertahankannya sesuai usia pertumbuhan anak," ucap dr Putri Maharani.

Ia menerangkan bahwa stimulasi sejak dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak baru lahir. Stimulasi dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps).

"Pemberian stimulasi harus diimbangi dengan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang oleh tenaga medis dan orang tua. Hal ini dapat membantu menemukan penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga intervensi atau rencana tindakan akan lebih mudah dilakukan," kata dr Putri.

Baca Juga: Tingkatkan Imunitas Anak dengan Nutrisi Harian yang Baik dan Seimbang, Simak Penjelasan Pakar Gizi di Sini

Faktor risiko

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019 menunjukkan bahwa 84 persen kematian pada anak yang baru lahir di Indonesia disebabkan oleh kelahiran prematur. 

Berdasarkan riset dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 1 dari 10 anak lahir prematur. Setiap tahun diperkirakan 15 juta anak di seluruh dunia lahir sebelum waktunya (lebih dari 3 minggu sebelumnya).

Pada kesempatan webinar Bicara Gizi tersebut, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K) menyatakan, faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kelahiran prematur dapat dikategorikan dalam 3 karakteristik, yaitu karakteristik ibu, karakteristik nutrisi, dan karakteristik kehamilan.

Ia menjelaskan, faktor risiko berdasarkan karakteristik ibu terkait usia, kebiasaan merokok, dan kondisi psikologis ibu.

Faktor risiko berdasarkan karakteristik nutrisi terkait indeks massa tubuh, kenaikan berat badan selama kehamilan, kebiasaan makan, kebiasaan minum kopi, dan konsumsi suplementasi.

Halaman:

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Bicara Gizi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x