DESKJABAR - Cara mendengarkan musik bagi pencinta musik sangat berbeda-beda, ada pencinta musik yang mendengarkan melalui pita kaset.
Ada juga yang mendengarkan melalui piringan hitam, Compact Disc.
Saat ini kecenderungan orang untuk mendengarkan musik melalui perangkat Mp3 atau langsung melalui koneksi bluetooth yang diputar dari perangkat Handphone sesuai dengan mood nya pada saat itu.
Lain sekarang lain dengan kebiasaan nak-anak muda di era 1980 sampai 1990. Para penggila musik ini mendengarkan musik kesayangan mereka melalui media pita kaset.
Begitu populernya media pita kaset pada era tersebut sempat melupakan populasi piringan hitam yang sudah ada sejak era 1960an di Indonesia.
Rekaman lagu dari berbagi penyanyi atau grup musik yang masuk dari mancanegara biasanya diedarkan oleh beberapa perusahaan rekaman kaset.
Mereka para perusahan rekaman ini berlomba mengejar kualitas pita sehingga pita kaset yang diedarkannya banyak dibeli pecinta musik.
Tak hanya dari kualitas pita, kualitas cover pun menjadi perhatian perusahan rekaman.
Beberapa nama desainer cover kasetpun menjadi sangat terkenal kala itu seperti Lezin yang telah membubuhkan namanya di ratusan kaset yang telah beredar.
Rekaman dalam bentuk pita kaset ini pada perkembangannya melalui seleksi alam yang begitu ketat.
Beberapa kaset dengan kualitas musik yang bagus dipertahankan dan dirawat oleh pemiliknya berpuluh-puluh tahun lamanya.
Pita kaset memiliki keunggulan dari teknologi sebelumnya real tape yang dikemas dalam ukuran diameter yang lebih besar.
Baca Juga: Cara Daftar Prakerja Lewat HP 2022, Gelombang 44 di prakeja.go.id Sudah Dibuka
Karena pita kaset dianggap lebih praktis orang lebih memilih media pita kaset untuk mendengarkan musik.
Beberapa kolektor kaset yang bisa merawat pita kaset ini dengan baik hanya merawat kaset yang memiliki kualitas. Kaset-kaset lainnya biasanya dilego ke penjual kaset bekas atau ke loak.
Rekaman pita kaset di Indonesia hingga sekarang memiliki kaset langka yang populasinya hanya tinggal sedikit.
Keberadaan pita kaset ini jatuh-jatuhnya ada di tangan kolektor atau di tempat penjual kaset online dengan harga aduhai.
Beberapa rekaman kaset Indonesia yang banyak dicari kolektor saat ini seperti kaset nya Harry Roesli. Baik dengan DKSB maupun solo.
Kaset Opera Ken Arok, Harry Roesli menjadi kaset mahalnya Saat ini.
Sangat langka dan mahal.
Kaset-kaset Indonesia lainnya adalah kaset grup band Rock dengan genre Psicadelic Art dan progresif rock.
Salah satu album kaset yang sukses di genre progresif rock adalah proyek rekaman Guruh Gipsy.
Piringan hitam Guruh Gipsy saat ini dihargai Satu juta lima ratus ribu rupiah.
Kaset Indonesia lainnya yang banyak dicari orang pada era 1970 masuk ke 1980 adalah rekaman kaset Badai Pasti Berlalu, garapan apik Eros Jarot dan penyanyi Chrisye.
Kaset ini menawarkan Hits "Merpati Putih", Chrisye dan "Badai Pasti Berlalu" yang dibawakan penyanyi Bornouk Hutauruk.
Selain kaset Badai Pasti Berlalu ada juga kaset miliknya Keenan Nasution dengan judul "Di Batas Angan-angan" yang mempopulerkan lagu Hits "Nuansa Bening"
Baca Juga: 12 Pasangan Best Couple Menurut Astrologi, Idealkah Zodiak Kamu dan Pasangan?
Masuk dekade 1980an. Menjadi lumbungnya kaset dari banyak penyanyi Jazz seperti Vina Panduwinata, Fariz Ram, Raidy Noor, Krakatau, Bhaskara dan masih banyak lainnya.
Kaset-kaset di atas menjadi incaran para kolektor untuk memilikinya.
Pada paruh tersebut publik musik sempat dihebohkan dengan kemunculan soundtrack film remaja terkenal, Catatan Si Boy, karya Nasri Cepi.
Musik apik yang digarap Harry Sabar dengan menghadirkan banyak penyanyi terkenal seperti Fariz RM, Atiek CB, Amir Roes, Renny Jayusman, Ikang Fauwzy, Titi DJ, Ahmad Albar, Dian Pramana Poetra, Dian Mayasari dan masih banyak lagi.
Nah bagi yang punya kaset-kaset era 70 dan 80 yang langka. Jangan buru-buru di jual. Harga untuk kaset-kaset tadi beberapa tahun ke depan harganya bisa lebih gila lagi.***