Musik Jazz, Musik Asal New Orleans , Masuk dan Dimainkan Di Tanah Air Sekitar Tahun 1920 an. Cek Faktanya

21 Juli 2022, 22:15 WIB
Rekaman Kaset Jazz di paruh tahun 1989an /Dicky Harisman/

DESKJABAR - Memetakan sejarah Jazz di tanah air memang agak sulit. Banyak silang pendapat tentang siapa, kapan, dan di mana musik jenis ini muncul untuk pertama kali di Indonesia. 

Ada pendapat yang menyebutkan bahwa Jazz masuk ke Indonesia berbarengan dengan merebaknya jazz di New Orleans, Amerika, tahun 1900-an.

Pada 1920, kita mengenal kelompok bernama “Black & White” di bawah pimpinan Wage Rudolf Supratman.

Kelompok ini bermain di Kota Makassar. Sedangkan di Jakarta, tahun 1930-an ada grup bernama “Melody Makers” yang dimotori oleh Jacob Sigarlaki, Bootje Pesolima, Hein Turangan, Nico Sigarlaki, serta Tjok Sinsu. 

Baca Juga: Kerupuk Dapros, Warna-warni. Banyak Ditemui di Acara Hajatan di Jawa Barat. Pabriknya Ada di Kadungora

Baca Juga: H Ondi, Penjual Kaset Bekas di Jalan Cihapit Kota Bandung, Naik Haji pada 1996 dari Ketekunan Berjualan

Referensi lain menyebutkan bahwa Jazz untuk pertama kali dimainkan di tanah air pada tahun 1922. Setelah seorang pemain saksofon asal Belanda membuat kelompok  Jazz di Indonesia.

Hampir 80% personel kelompok ini adalah orang Indo-Belanda.  Dua dekade kemudian di Jakarta muncul Hein Turangan yang membentuk kelompok Jazz bernama “Jolly Strings”

Perkembangan selanjutnya ada Nicholas Maximiliaan Mamahit (Nick Mamahit) seorang pianis Jazz berdarah Manado-Belanda yang mengusung Jazz modern setelah merilis album “Sarinande” dibawah bendera Irama Record di tahun 1956.

Iya kemudian membentuk Metrapalita Orchestra bersama Jos Cleber.

Memasuki era tahun 60 an praktis ingar bingar musik di tanah air sedikit meredup akibat pergolakan politik di dalam negeri, hal ini sedikit banyak berimbas pada perkembangan musik jazz di Indonesia.

Pada tahun-tahun tersebut, jazz dimainkan secara sembunyi-sembunyi. Sebab, musisi Jazz dan penggemarnya dihinggapi perasaan takut.  

Untungnya hal itu tidak berlangsung lama. Setelah melewati masa sulit, musisi jazz mulai menampakkan geliat lagi di tahun 67. 

 Baca Juga: Festival Lagu Populer Indonesia (FLPI) Menetaskan Sejarah festival Paling panjang di Indonesia.Cek Infonya 

Tahun 1967, Bubi Chen (piano), Jopie Chen (bass), Jack Lesmana (gitar), Benny Mustapha Van Diest (drum), dan Maryono (saksofon) sempat mengagetkan penikmat musik jazz dunia karena bisa  tampil di ajang “Berlin Jazz Festival”.

Lagu-lagu yang mereka suguhkan di ajang bergengsi itu sangat unik dengan konsep Jazz dan balutan citra Indonesia hingga disebut sebagai “Jazz ala Indonesia”.

Mereka sukses mengaransemen lagu “Djanger Bali” dan “Ku Lama Menanti” yang mereka dedikasikan kepada perusahaan penerbangan Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM), yang telah memfasilitasi keberangkatan Indonesia All Star. 

Di ajang ini, Bubi Chen mendapatkan respons yang sangat positif dari para penulis Jazz internasional. Ia lantas disebut sebagai pianis Jazz terbaik di Asia dan mendapat gelar sebagai “Art Tatum of Asia”.

Di era 70an yang tak kalah penting juga mencuatnya nama penyanyi dan penulis lagu yang kreatif Margie Segers.

Suaranya yang yang jernih membuat musisi Jack Lesmana jatuh hati pada Mergie, direkrutnya Mergie untuk mendukung proyek rekaman Jack Lesmana berjudul “Siapa Bilang Sayang”, 

Album ini memuat nomor hits dari sejumlah musisi tanah air seperti A. Rianto, Charles Hutagalung, Bing Slamet, Narto Sabdo, dan Jack Lesmana sendiri. 

Baca Juga: Penjualan Set Top Box Untuk Bisa Menerima Siaran Televisi Digital Belum Mengalami Kenaikan. Dipicu Daya Beli

Pada tahun 1977, perusahan rekaman Pramaqua merilis album Jopie Item Combo & Idris Sardi, yang antara lain didukung pula oleh musisi kawakan seperti Karim Suweilleh (drums), Abadi Soesman (drum) dan Wempy Tanasale (bass).

Album ini mengetengahkan duet permainan biola Idris Sardi dan raungan gitar Jopie Item. 

Jazz di akhir 70-an pasarnya mulai melebar, sejumlah anak-anak muda mulai melirik kampus sebagai tempat pergerakan jazz.

Yang paling menonjol adalah Universitas Indonesia lewat “ulah” mahasiswa Fakultas Ekonominya dibawah Chandra Darusman dengan kelompok Chaseiro yang didukung  Helmie dan Rizali Indrakesuma, Edi Hudioro, Norman Sonisontani (Omen). 

Kemunculan musisi jenius Fariz Rustam Munaf di akhir 1970-an langsung menyita perhatian publik, Fariz merilis album perdananya “Sakura” di tahun 1978 dengan unsur Jazz Rock yang sangat Ciamik.

Fariz disebut-sebut sebagai musisi jenius oleh penikmat musik, dia memainkan seluruh alat instrumental di album dengan hits “Sakura” yang merupakan soundtrack film”Sakura dalam Pelukan”.  

Memasuki paruh  tahun 1980-an selain pergelaran Jazz lokal seperti “Jazz Goes To Campus” yang sudah menjadi agenda rutin setiap tahun dan digelar di kampus UI.

Pada tahun 1988 juga terselenggara sebuah event Jazz yang terbesar yang pernah digelar oleh anak negeri, yakni Jakarta International Jazz Festival atau yang lebih dikenal dengan nama JakJazz, atas gagasan cemerlang Ireng Maulana. 

Perhelatan Jazz akbar ini sungguh membanggakan karena diikuti oleh musisi jazz dunia, baik dari Amerika, Eropa, dan Asia.

Tentu saja ratusan musisi Jazz kita ikut andil sambil berkolaborasi satu panggung dengan musisi-musisi luar negeri.

Musisi-musisi dari luar yang memeriahkan Jak Jazz pertama itu adalah Phil Perry, Lee Ritenour, Larry Corvell, Kazumi Watanabe, Frederick Noran Band, Igor Brill Ensemble.

Banyak musisi Jazz ataupun kelompok lahir di tahun ini, sebut saja kelompok bertaraf internasional seperti Bhaskara, Karimata, Krakatau, Emerald hingga ke kelompok Spirit, Black Fantasy, Trans dan d’Marszyo.

Pengaruh fusion yang melanda anak-anak muda di seluruh dunia seperti kelompok Casiopea, Uzeb, Spyro Gyra, Mezzoforte dan Azzymuth turut memengaruhi aliran musik yang dimainkan oleh kelompok-kelompok Jazz tanah air kala itu.

Era tahun 90 hingga 2000-an Jazz tanah air  lebih menggeliat lagi dengan hadirnya kelompok baru yang mengusung format musik Jazz dari berbagai genre sepetrti Be-bop, Ragtime, Smooth Jazz hingga fusion.

Kelompok baru ini adalah Cherokee, Canizaro, Rhythem Of Jakarta, Bali Lounge, Park Drive, Canzo, Simak Dialog, Chlorophil dan masih banyak lagi.

Tentunya penikmat Jazz tanah air masih terus menantikan kejutan-kejutan dari kelompok baru ataupun lama yang akan terus memperpanjang sejarah Jazz dalam negeri. Semoga **

Editor: Sanny Abraham

Tags

Terkini

Terpopuler