Dokter: Jangan Lupa Protein Dalam Menu Makan Lansia

30 Mei 2021, 19:09 WIB
Kebutuhan protein lansia lebih tinggi daripada orang yang dewasa lebih muda. /Antara/


DESKJABAR
– Anda sudah tergolong lansia? Jika ya, jangan sekali-kali mengurangi asupan protein harian, apalagi dimasa pandemi Covid-19.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan geriatri sekaligus staf pengajar di Universitas Padjajaran (UNPAD), Lazuardhi Dwipa, mengatakan, pemenuhan nutrisi sangat penting bagi para lansia terutama di masa pandemi Covid-19 saat ini, termasuk asupan protein harian.

Pemberian nutrisi sehat seperti kebutuhan kalori, protein, serat pangan untuk mencegah penurunan berat badan, mencegah infeksi, memperbaiki kerentanan dan sarkopenia atau penurunan massa otot.

Baca Juga: Suporter Chelsea Dukung Tammy Abraham Atas Sikap Dingin Thomas Tuchel

"Kebutuhan protein lansia lebih tinggi daripada orang yang dewasa lebih muda. Malah lansia dikurangi proteinnya, itu salah, sehingga akan terjadi penurunan, penyusutan massa dan kekuatan otot atau namanya sarkopenia," kata dia dalam sebuah webinar kesehatan, Minggu, 30 Mei 2021.

Kebutuhan nutrisi masing-masing lansia bisa berbeda, sehingga berkonsultasi dengan dokter menjadi anjuran. Namun, secara umum lansia membutuhkan kalori harian 30 X berat badannya.

Untuk protein yakni 1 gram per kg per BB per hari. Pada kondisi sarkopenia, asupan protein sebesar 1,6 gram per hari bisa meningkatkan hipertofi otot yang diinduksi olahraga pada lansia. Studi menunjukkan, 1 gram protein/hari merupakan jumlah minimal untuk mempertahankan massa otot.

Baca Juga: REDEF Foundation: Mengangkat Harkat Derajat Kaum Difabel agar Menjadi Digital Entrepreneur

Sementara untuk karbohidrat dan lemak, perhitungan 70 persen : 30 persen.

Jadi, seseorang yang memiliki berat badan 50 kg maka kebutuhan kalori totalnya 1500 kkal per hari, sementara proteinnya 50 gram per hari.

Kementerian Kesehatan melalui Isi Piringku juga memandu asupan nutrisi, yakni membagi piring menjadi tiga bagian yakni setengah untuk sayuran dan buah, lalu seperempat karbohidrat seperti nasi atau kentang dan seperempat protein (hewani dan nabati dikombinasikan) mulai dari ayam, ikan, kacang-kacangan dan lainnya.

Baca Juga: Tren Meningkat, Ekspor Kambing dan Domba dari Sumatera Utara ke Malaysia

Untuk memudahkan, menu makan siang sekitar 700 kalori bisa terdiri dari: makanan pokok misalnya nasi 3 centong atau 3 buah kentang ukuran sedang atau 1,5 gelas mi kering; lauk pauk yang terdiri dari jenis hewani dan pilihannya beragam misalnya 2 potong sedang ayam tanpa kulit, atau 1 butir telur ayam atau 2 potong daging sapi ukuran sedang, kemudian lauk nabati seperti 2 potong tempe ukuran sedang.

Komponen lainnya, sayuran 1 mangkuk dan buah misalnya 2 potong pepaya atau 2 buah jeruk atau 1 buah pisang ambon.

"Kebanyakan lansia itu memantangkan protein, makan sayur takut asam urat, padahal di GERMAS tingkatkan konsumsi buah dan sayuran," ujar Lazuardhi, seperti dikutip dari Antara.

Baca Juga: Regulasi PPDB SMA/SMK dan SLB Tahun 2021 Berubah, Sekolah Swasta Juga Masuk Pilihan

Dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia, terkadang muncul sejumlah masalah seperti gangguan nafsu makan, sulit mengunyah karena giginya tanggal dan kelemahan otot mengunyah, berkurangnya air liur sehingga sulit menelan, mudah kenyang, masalah lambung seperti sering mual dan kembung, serta masalah komborbid seperti jantung, paru, kanker sehingga hilang nafsu makan, demensia dan depresi.

Satu orang lansia bisa mengalami lebih dari satu masalah-masalah ini, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya. Bila begini, mengubah bentuk penyajian makanannya sesuai dengan kondisi lansia bisa menjadi alternatif.

Misalnya, pada masalah sulit menelan atau gigi tanggal, maka makanan bisa disajikan dalam bentuk lunak atau sesuai selera lansia.

Baca Juga: Merebut Trofi Liga Champions 2020-2021, Inilah Jumlah Uang yang Dibawa Pulang Chelsea

Pilihan lainnya, pemberian nutrisi oral suplemen atau ONS yang biasanya berbentuk cair tetapi tinggi kalori dan protein sehingga mudah dikonsumsi dan dicerna. Lazuardhi menyarankan lansia berkonsultasi dulu dengan dokter gizi apabila berniat mengonsumsi ONS.***

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler