DESKJABAR – Ketahanan pangan Indonesia, berdasarkan Global Food Security Index yang dikeluarkan the Economist Intelligence Unit, berada di ranking 62 dari 113 negara.
Lebih dari sepertiga masyarakat Indonesia tidak mampu membeli makanan bernutrisi karena terhambat harga yang mahal.
Kepala Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta mengemukakan, selain menyebabkan rentannya ketahanan pangan, harga yang mahal juga berkontribusi pada angka stunting di Indonesia.
Baca Juga: Indonesia Juara 1 Negara Paling Ribet di Dunia untuk Berbisnis
Menurutnya, harga makanan dan kemiskinan memiliki keterkaitan karena pengeluaran terbesar rumah tangga adalah untuk makanan.
Bank Dunia menyebutkan rata-rata orang Indonesia menghabiskan 48,55 persen dari pengeluaran mereka untuk makanan dan minuman.
"Kondisi ini membuat orang Indonesia, terutama yang berpenghasilan rendah, sangat rentan terhadap fluktuasi harga pangan. Ketika harga naik, orang-orang yang sudah di ambang kemiskinan dihadapkan pada pilihan untuk menjadi miskin atau kelaparan," kata Felippa, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Jumat, 16 Oktober 2020.
Baca Juga: Di Indonesia Demonstrasi Malah Menjadi Tontonan, Ini Alasannya Menurut Pakar
Untuk itu, CIPS merekomendasikan kajian menyeluruh terhadap semua hambatan nontarif (NTM) lintas kementerian dan lembaga di sektor pangan dan pertanian.