DESKJABAR – Kalangan petani tebu di Jawa Barat optimis penghasilan usaha harga panen akan stabil bagus pada musim giling 2024. Relaksasi harga tebu rakyat yang dilakukan pemerintah untuk tahun ini, diyakini berpengaruh positif bagi pengasilan usaha petani tebu di Indonesia, termasuk Jawa Barat.
Di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka, selaku sentra usaha tebu perkebunan rakyat Jawa Barat kini mulai dilakukan musim tebang alias panen. Usaha berkebun tebu tampaknya kembali bergairah, karena adanya target produksi gula untuk swasembada.
Dari perusahaan pengelola pabrik gula di Jawa Barat, yaitu PT PG Rajawali II, diketahui sudah melakukan musim giling dengan dimulai di PG Tersana Baru Cirebon. Tampaknya, dua pabrik gula lainnya, yaitu PG Sindanglaut Cirebon dan PG Jatitujuh Majalengka segera menyusul dalam waktu dekat.
Baca Juga: Musim Giling 2024, Pabrik Gula di Cirebon dan Majalengka Target Produksi Tinggi
Gambaran musim sekarang
Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) DPD Jawa Barat, Ali Mazazi, Selasa, 4 Juni 2024, menyebutkan, gambaran umum harga panen tebu ditetapkan berdasarkan relaksasi dari Bapanas (Badan Pangan Nasional) untuk musim panen 2024 adalah Rp 14.500/kg.
Menurut dia, perhatian pemerintah kepada kalangan petani tebu dirasakan mampu memberikan kegairahan. Apalagi, kebutuhan pangan dunia, termasuk dari tebu sedang sangat tinggi, sehingga kalangan petani tebu harus dipacu agar bersemangat mengusahakan.
“Sepertinya, pada pertengahan Juni 2024 ini atau paling lambat akhir bulan, sudah akan ada lelang. Walau fluktuasi harga kini sudah terjadi, tetapi kemungkinan harga bisa bertahan pada Rp 14.500/kg,” ujar Ali Mazazi, melalui telepon karena sedang ibadah haji di Mekkah.
Ali Mazazi berharap, kebijakan harga tebu rakyat ini bukan sekedar relaksasi tetapi dapat dijadikan keputusan oleh pemerintah. Diyakini, penetapan harga tebu rakyat tidak akan berdampak banyak impor gula, karena para produsen gula dunia punsibuk mementingkan pasokan bagi negara sendiri.
Hanya saja, untuk panen tebu 2024, Ali Mazazi belum memperoleh gambaran faktor rendemen dan produktivas tanaman tebu. Sebab, secara umum tanaman tebu di Indonesia, juga terdampak kekeringan panjang El Nino 2023 sehingga terlambat tanam dan lebih cepat kemarau 2024.