Network
DESKJABAR – Kalangan PT PG Rajawali II Cirebon selaku pengelola usaha pabrik gula di Jawa Barat, meningkatkan intensitas kerja. Apa yang dilakukan, merupakan upaya agar tidak ada lagi kejadian pabrik gula beku operasional alias “ditidurkan” akibat kekurangan bahan baku tebu.
Di kalangan masyakat umum, kondisi pabrik gula beku operasional atau istilah populernya “ditidurkan”, sering dianggap ditutup. Sebab, produksi gula sangat bergantung pasokan tebu, sebagai bahan baku membuat gula putih apalagi bergantung tebu rakyat.
Masyarakat Cirebon dan Majalengka sangat mengenal PG Karangsuwung Cirebon, PG Gempol Cirebon, PG Jatiwangi Majalengka, dan PG Kadipaten Majalengka, yang ditutup karena kekurangan bahan baku tebu.
Tiga nama pabrik gula terakhir sejak lama menjadi musnah karena akhirnya ditutup. Lain halnya PG Karawangsuwung yang masih utuh, dijajaki bisa dihidupkan lagi asal pasokan tebunya kembali ada dan mencukupi untuk proses giling.
Baca Juga: Pabrik Gula Karangsuwung Cirebon Dijajaki Dihidupkan Lagi oleh PT PG Rajawali II
Langkah dilakukan
Tidak ingin terulang kejadian pabrik gula beku operasional bahkan ditutup, pihak PT PG Rajawali II menekankan seluruh instan di perusahaan itu bekerja lebih intens. PT PG Rajawali II adalah anak perusahaan BUMN PT Rajawali Nusantara Indonesia (persero) atau bernama ID.Food.
Direktur Keuangan & PB PT PG Rajawali II, Warsim, di Cirebon, Senin, 1 April 2024 mencontohkan unit PG Sindanglaut yang pernah mengalami beku operasional selama 3 tahun (2020-2022) dan mulai kembali beroperasional pada tahun 2023.
Situasi dan kondisi beku operasional Unit PG Sindanglaut pastinya tidak diharapkan oleh seluruh Insan PT PG Rajawali II.
“Agar situasi dan kondisi tersebut tidak terulang kembali, maka kembali lagi bahwa Insan PT PG Rajawali II harus dan diwajibkan bekerja lebih intens,” ujarnya.
