Sementara itu, kopi jenis robusta, dikabarkan masih mengalami kenaikan harga secara tajam sampai Senin, 12 Februari 2024. Kondisi demikian, diperkirakan disebabkan masih terpengaruh anjloknya produksi kopi jenis robusta pada tahun 2023, sehingga stok masih minim.
Gambaran itu muncul pada hasil panen kopi yang diusahakan secara tumpangsari pada perkebunan karet Cilampuyang, di Malangbong, Garut.
Menurut pengelola perkebunan karet Cilampuyang, Acep Munandar, yang juga pelaku perkebunan kopi, gambaran anjloknya bisa diukur ketika panen kopi. Rata-rata hasil panenan kopi turun sampai 50 persen, sehingga pengaruhnya harga naik tajam.
Acep Munandar mengatakan, produksi kopi dari dirinya saja, untuk jenis robusta olahan greenbean sudah ditawar Rp 75.000/kg oleh kafe kopi di Bandung. Padahal, tahun 2023 harga greenbean kopi robusta masih sekitaran Rp 35.000-45.000/kg.
“Kurang diketahui, apakah harga sebesar itu dari pembeli hanya untuk kopi robusta dari saya ataukah yang lain juga begitu. Tetapi memang, harga kopi arabika dan robusta rata-rata naik tajam belakangan ini,” ujar Acep, yang sehari-harinya pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat ini.
Baca Juga: Daftar Empat Jenis Kopi Diusahakan di Jawa Barat pada Perkebunan Rakyat, dan Ciri-ciri
Pasokan dunia
Sementara itu untuk pasokan dunia, menurut media bisnis asal India, Investing.com, pasar kopi global diperkirakan akan mengalami perubahan signifikan pada tahun mendatang, menurut Commodity Markets Outlook Bank Dunia.
Laporan tersebut memperkirakan penurunan harga kopi Arabika dan Robusta pada tahun 2024, karena meningkatnya pasokan dari produsen utama Brazil, Vietnam, dan Kolombia.
Harga kopi Arabika mengalami penurunan sebesar 14% pada Q3 tahun 2023 dan saat ini lebih rendah sekitar 30% dibandingkan tahun lalu. Tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2024 seiring dengan peningkatan produksi Brazil dan Kolombia sekitar 14%, dimana kedua negara ini menyumbang sekitar 60% dari produksi Arabika global.
Tetapi dalam kondisi ini, disebutkan, harga kopi robusta justru diprediksi naik 17 persen pada 2024 dibandingkan tahun lalu . Pasar kopi Robusta dunia diperkirakan akan tetap kekurangan pasokan, disebabkan berkurangnya produksi di Indonesia dan Uganda.