Pertanian Hortikultura Jawa Barat Terdampak Cuaca Ekstrem Kemarau, Harga Sayuran Bisa Melonjak

- 21 Juli 2023, 11:26 WIB
Gambaran petani panen sayuran jagung manis saat kemarau di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Gambaran petani panen sayuran jagung manis saat kemarau di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Kondisi cuaca ekstrem yang terjadi pada kemarau di Jawa Barat pada Juli 2023, diperkirakan berpengaruh kepada produksi pertanian hortikultura. Ada kemungkinan, harga sayuran bisa melonjak, karena produksi di kawasan pertanian menjadi anjlok.

 

Diketahui, pada kemarau 2023 pada sejumlah wilayah di Jawa Barat, terutama di Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut, terjadi suhu ekstrem selama beberapa hari terakhir pada Juli 2023. Ketika siang suhu sangat panas, namun malam hari suhu sangat dingin.

Pada kondisi cuaca ekstrem, fotosintesa bagi produksi tanaman menjadi kurang optimal bagi sejumlah tanaman hortilkultura jenis sayuran. Pengaruhnya kemudian berdampak kepada kondisi daun dan pembungaan, untuk sejumlah jenis sayuran sehingga produksi tidak bagus.

 Baca Juga: Petani Kini Mudah Lelah dan Sakit, Harga Pangan Bisa Mahal Akibat Pertanian Terancam Pemanasan Global

Kondisi lapangan

 

Wakil Ketua I Asosiasi Pedagang Komoditas Agro (APKA) Jawa Barat, Muchlis Anwar, di Bandung, Jumat, 21 Juli 2023 menyebutkan, terjadinya cuaca panas siang lalu sangat dingin di sore hari dan malam hari, berdampak pada pertumbuhan produksi pangan terutama sayuran.

Kondisinya pada cuaca kemarau ekstrem, berpengaruh pada pertumbuhan batang dan daun, sehingga berpengaruh pada produksi. Situasi ini dialami terutama tanaman-tanaman sayuran pada lahan lahan yang sudah kesulitan air.

“Untuk menyiramnya sehingga akan berpengaruh pada hasil dan pasokan ke pasar. Kondisi demikian mengakibatkan dengan pasokan kurang lalu berdampak pada harga jual sampai ke konsumen,” ujarnya.

 Baca Juga: Pertanian Padi Digenjot, Harga Jagung Jadi Mahal pada Juli 2023

El Nino

Sementara itu, fenomena El Nino diprediksi akan memberi dampak besar terhadap berbagai sektor, termasuk pertanian. Pada Rapat Koordinasi Antisipasi Dampak El Nino dan Percepatan Tanam Provinsi Jawa Barat, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menekankan pentingnya pemetaan wilayah di masing - masing provinsi.

“Semua daerah harus memetakan mana daerah yang merah, kuning dan hijau, untuk daerah yang hijau yang airnya masih lebih dari cukup, harus kita dukung maksimal disitu, untuk daerah kuning, yang airnya cukup, akan kita intervensi melalui irigasi, mekanisasi, varietas unggul, untuk daerah merah, pemerintah daerah dapat mendorong daerah ini menjadi lumbung - lumbung pangan,” beber Mentan SYL usai membuka Rapat Koordinasi di Hotel Aston Pasteur Bandung.

 

Menurut prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak El Nino akan terjadi di bulan Agustus-September 2023. Ancaman ini berintensitas lemah hingga moderat sehingga dikhawatirkan akan berdampak kepada ketersediaan air atau kekeringan dan produktivitas pangan.

Baca Juga: Musim Kemarau 2023, Pertanian Jawa Barat Waspada Peningkatan Serangan Hama Tikus

Baca Juga: Penas XVI/2023, Bioteknologi Budidaya Jagung untuk Pertanian Jawa Barat, Solusi Dampak Perubahan Iklim

Mentan SYL mengaku telah mempersiapkan 6 provinsi yang akan menjadi penyangga utama pasokan pangan nasional.  “Keenam provinsi tersebut adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Lampung,” ujar Menteri Pertanian.

Ia menjelaskan mulai dari tingkat Kabupaten, Provinsi hingga Pemerintah Pusat harus terlibat maksimal dalam mengantisipasi El Nino. Semua pihak harus berkomitmen untuk memastikan berbagai agenda  dan program berjalan efektif dilapangan.

“Memang tidak boleh PD (Percaya Diri) berlebihan, tapi saya optimis, kita bisa menjaga pangan lebih dari 280 juta jiwa masyarakat Indonesia secara baik, kita bisa bersama - sama melewati ini” tegas Mentan SYL.

Terkait dengan berbagai strategi Kementan dalam menghadapi El Nino, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, mengatakan sebagai upaya antisipasi kekeringan yang panjang, Gerakan percepatan tanam (Gertam) di Jawa Barat akan dilaksanakan di setiap kabupaten masing masing minimal 1.000 hektar. ***

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah