Namun pada sejumlah diskusi, terkesan belum menemukan solusi dan langkah nyata memperbaiki keadaan usaha teh Indonesia, khususnya Jawa Barat.
"Kambing hitam'
Ketua Gabungan Pengusaha Perkebunan (GPP) Jawa Barat-Banten, Slamet Bangsadikusumah, dalam perbincangan dengan DeskJabar, Kamis, 25 Maret 2021, membenarkan, bahwa sebenarnya harus dicari akar simpul permasalahan yang melanda usaha teh Indonesia, khususnya Jawa Barat.
Ia mengakui, ada fenomena banyak pabrik teh pada sejumlah unit perkebunan kini tak beroperasi lagi, dengan banyak alasan. Namun uniknya, usaha perkebunan bersangkutan tetap dijalankan, namun berganti menjadi menjual pucuk teh kepada pabrik-pabrik teh swasta yang justru tak memiliki kebun sendiri.
“Nah benar, pabrik teh swasta malah eksis dan membutuhkan banyak pasokan pucuk teh. Berarti para pembeli dan penjualan teh tetap ada dan pasarnya banyak,” ujar Slamet Bangsadikusumah.
Baca Juga: Begal Jaringan Sumatera Baku Tembak dengan Polisi Tasikmalaya, 2 Kabur 1 Dibekuk
Pertanyaannya, kata dia, selain unit-unit perkebunan besar, juga kebun-kebun teh rakyat. Namun masing-masing mengalami masalah sendiri-sendiri, umumnya menyangkut penjualan.
Yang terjadi, pada satu sisi banyak yang mengeluh bagaimana menjual teh, namun pada sisi lain pabrik-pabrik teh yang tak memiliki kebun, justru membutuhkan pasokan pucuk teh karena pasarnya terindikasi tetap besar.
“Padahal, teh itu kan salah satu komoditas pokok yang banyak dibutuhkan orang, dan tampak pasarnya besar. Namun mengapa produsen dalam negeri yang babak belur berkepanjangan,” kata Slamet Bangsadikusumah.