Sanny Limbunan Penyelam Tua yang Terlibat dalam Pencarian Sriwijaya Air SJ-182, Inilah Sosoknya

- 20 Januari 2021, 14:34 WIB
Sanny Limbunan penyelam senior yang terlibat di Tim SAR Gabungan pencarian korban Sriwijaya Air SJ-182
Sanny Limbunan penyelam senior yang terlibat di Tim SAR Gabungan pencarian korban Sriwijaya Air SJ-182 /ANTARA/Aditya Ramadhan/

DESKJABAR – Dalam pencarian korban dan serpihan musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, melibatkan Tim SAR Gabungan dari berbagai unsur.

Tim SAR Gabungan ini datang tidak saja dari Basarnas, tetapi juga dari unsur kepolisian, TNI khususnya TNI AL, hingga dari komunitas penyelam termasuk dari Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI).

Ada yang menarik dari aktifitas pencarian korban dan serpihan pesawat Sriwijaya Air yakni kehadiran seorang penyelam dari POSSI, Sanny Limbunan. Sosoknya menjadi perhatian karena tahun ini usianya genap 60 tahun.

Baca Juga: PT KAI Keberatan Atas Rencana Akuisisi PT KCI oleh PT MRT Jakarta

"Enggak, enggak usah," kata Sanny Limbunan ketika seorang penyelam muda dari Korps Brigade Mobil Polri mengulurkan tangan untuk membantu dia naik ke perahu karet.

Penyelam senior itu menolak uluran tangan dari juniornya. Dia naik sendiri ke perahu karet setelah membantu mencari penumpang dan serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

Rambutnya hampir seluruhnya sudah putih. Otot-ototnya tidak lagi kencang. Kerutan-kerutan pun tampak di wajahnya. Namun dia tidak merasa tua. "Masih mudaaaa," katanya, ketika ditanya mengenai perbedaan menyelam pada usia muda dan tua.

Baca Juga: KEREN, Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo Ingin Polri Miliki Standar Dunia

Bagi Sanny, usia hanya angka. Suaranya masih lantang saat berbicara. Semangatnya tetap berapi-api, tidak menjadi surut dengan bertambahnya usia.

Mengutip dari kantor berita Antara, Sanny bukan satu-satunya penyelam senior yang ikut dalam misi kemanusiaan tersebut.

Hananta Tedjapawitra, rekan Sanny dari POSSI yang sudah berusia 64 tahun, juga membantu operasi SAR untuk menemukan jasad penumpang dan pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

Baca Juga: Direktur RSUD Ini Ikuti Pencanangan Vaksinasi Sinovac Malah Terkonfirmasi Positif Covid-19

Hananta pertama kali menyelam tahun 1979 sedangkan Sanny mulai menyelam tahun 1980. Mereka berdua masih sering menyelam sampai sekarang.

Dalam misi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182, Sanny dan Hananta sekaligus menjadi instruktur selam bagi para penyelam junior dari Polri.

Di Kapal Polisi Bisma 8001 yang menjadi posko tim penyelam Polri, Sanny dan Hananta memberikan arahan pada para penyelam junior dari Korps Kepolisian Air dan Udara Badan Pemeliharaan Keamanan Polri, Polda Metro Jaya, Polda Banten, Polda Jawa Barat, dan Korps Brimob.

Baca Juga: Diduga Dibunuh, Warga Asing Asal Slovakia Ditemukan Tewas di Bali

Operasi SAR Sriwijaya SJ-182 bukan operasi pencarian pesawat jatuh yang pertama bagi Sanny dan Hananta.

Sebelumnya, Sanny dan Hananta terlibat dalam operasi pencarian penumpang dan serpihan pesawat Lion Air JT-610 yang pada 29 Oktober tahun 2018 jatuh di wilayah perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat.

Mereka juga membantu operasi pencarian dan penyelamatan saat pesawat AirAsia QZ-8501 jatuh di wilayah Laut Jawa dekat Selat Karimata pada 28 Desember tahun 2014, saat terbang dari Surabaya menuju ke Singapura.

Baca Juga: ASN Kerja di Rumah atau WFH, Inilah Surat Edaran Menteri PANRB untuk Memantau Mereka

Sanny mengatakan bahwa menyelam adalah olahraga yang menyehatkan karena membuat semua bagian tubuh bergerak.

Ia mengemukakan bahwa menyelam di kedalaman lebih dari 20 meter membuat seluruh tubuh ibarat dipijat karena mendapatkan tekanan.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x