DESKJABAR - Fly over Nurtanio akan segera dibangun di Kota Bandung dengan tujuan untuk mengurai kemacetan di jalan Nurtanio.
Dikutip dari keterangan Humas Jabar, program ini merupakan program pemerintah pusat yang dilaksanakan di kota Bandung untuk mendukung kereta cepat Jakarta - Bandung.
Sementara Ema Sumarna sebagai Sekretaris kota Bandung mengatakan fly over ini menjadi salah satu alternatif pemecah kemacetan di jalan Nurtanio, Bandung.
Lebih jauh Ema menekankan agar pembangunan difokuskan pada green infrastucture. Sehingga perlu ada pembenahan drainase dan penghijauan kembali bagi pohon-pohon yang terkena dampak.
Siapa Nurtanio?
Begitu familiarnya nama Nurtanio, Siapakah dia dan apa perannya dalam kedirgantaraan sehingga namanya diabadikan sebagai perintis industri pesawat terbang di Indonesia.
Ia adalah Bapak merupakan Bapak Dirgantara Indonesia sebagai penghormatan atas dedikasinya merintis industri penerbangan ditanah Air.
Bernama Lengkap, Nurtanio Pringgoadisuryo, lahir pada 3 Desember 1923, merupakan putra Kalimantan Selatan.
Sejak kecil Nurtanio menunjukkan ketertarikannya terhadap kedirgantaraan, ditunjukkan dengan mengikuti perkumpulan Junioe Aero Club di usia muda.
Awalnya Nurtanio adalah teknisi AURI (yang kemudian berubanh menjadi TNI AU)
Ia juga sempat menjadi Opsir Muda III Biro Rencana dan Konstruksi Angkatan Udara.
Bersama rekan kerjanya Wiweko Supono, Nurtanio bertugas memperbaiki pesawat dan mengembangkan serta memodifikasi pesawat-pesawat sederhana yang ditinggalkan pemerintah kolonial Belanda.
Baca Juga: Inilah 4 Bubur Ayam Terkenal dan Viral di Tasikmalaya, Lengkap dengan Alamat dan Jam Buka
Dengan kemampuan ahlinya bahkan dengan peralatan sederhana biro pimpinan Nurtanio mampu menciptakan beberapa pesawat, seperti pesawat RI - X yang diproduksi di Magetan.
Adapula pesawat Sakai Blenheim yang merupakan perpaduan antara pesawat Blenheim MK IV Belanda dengan pesawat tempur Nakajima milik Jepang.
Pada tahun 1961 muncul gagasan tentang industri pesawat terbang 7yang saat itu sudah memulai tahapan industri.
Pada tahun yang sama berdiri LAPIP( Lembaga Persiapan Industri Penerbangan) yang bertugas untuk mempersiapkan pembangunan unit industri penerbangan dan memproduksi pesawat.
Kemajuan yang sangat luar biasa dialami oleh LAPIP. Telah melakukan kerjasama dengan perusahan-perusahaan asing, seperti pabrik CEKOP yang ada di Polandia, bahkan karyawan LAPIP juga diperbolehkan belajar tentang industri pesawat di CEKOP
Nurtanio Pringgoadisuryo gugur pada 21 Maret 1966 saat tengah melakukan uji coba penerbangan pesawat produksi Cekoslavia di Bandung.
Nurtanio menjadi pilotnya , namun pesawat mengalami kerusakan mesin sehingga jatuh dan menabrak sebuahb toko ketika melakukan pendaratan darurat di Tegalega, Bandung.
Untuk mengenang sosok Nurtanio, pemerintah menggabungkan LAPIP dan KOPELAPIP (KOmando Persiapan Lembaga Industri Penerbangan) menjadi LIPNUR (Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio)
Sepuluh tahun kemudian LIPNUR dilebur dengan Divisi ATTP ( Advanced Teknologi dan Teknologi Penerbangan milik pertamina. Namanya menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN).
Baca Juga: PENYEBAB GEMPA CIANJUR Menurut Peneliti BRIN Bukan dari Sesar Cimandiri, Pakar Gempa Dibuat Bingung
Pada 1986 namanya berubah lagi menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang kemudian pada tahun 2000 IPTN direstrukturisasi dan berganti nama menjadi Dirgantara Indonesia.
Pada 1986, namanya berganti lagi menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Lalu pada 2000, IPTN direstrukturisasi dan berganti nama menjadi Dirgantara Indonesia.
Demikianlah asal usul penamaan dan sejarah industri pesawat terbang Nurtanio , Bapak Dirgantara Indonesia.***