Diabetes. Tidak Cukup Dikenali Hanya dari Gejalanya Saja

- 17 November 2020, 16:14 WIB
FOTO ilustrasi diabet.
FOTO ilustrasi diabet. /Antara/

DESKJABAR - Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Prof. DR dr. Ketut Suastika mengatakan, ada sejumlah gejala yang bisa dikenali untuk mendeteksi kondisi seseorang dengan diabetes, tetapi gejala ini tak selalu jelas.

"Diabetes penyakit kronik yang ditandai peningkatan kadar glukosa darah dengan gejala klasik seperti banyak makan, banyak minum, banyak kencing dan berat badan turun. Gejala tidak selalu jelas terkadang pasien sudah jatuh pada komplikasi," kata dia dalam virtual media gathering bertema "Pantang Menyerah, Siaga Gula Darah", hasil kerja sama PERKENI dan Good Doctor Technology Indonesia, Senin, 16 November 2020.

Baca Juga: Anda Pernah Cegukan? Yuk Kenali Penyebab dan Kiat Mengatasinya

Baca Juga: Sariawan Tak Kunjung Sembuh Lebih dari Satu Bulan, Waspadalah Bisa Jadi Pertanda Penyakit Ini

Di sisi lain, terkadang gejala antara satu pasien dan lainnya tidak sama sehingga pemeriksaan kadar gula darah menjadi anjuran dokter. Pemeriksaan ini bisa dilakukan acak atau sewaktu-waktu, saat berpuasa, atau menjalani tes HbA1c.

Sebelumnya, Presiden Pengurus Besar Persatuan Diabetes Indonesia (PB PERSADIA) Dr. dr. Sony Wibisono menuturkan, pemeriksaan gula darah bisa dilakukan setahun sekali (jika tak ada riwayat keluarga dengan diabetes), sekaligus melakukan pemeriksaan medis menyeluruh.

"Kalau masih normal semua, periksa mungkin bisa 2-3 tahun sekali. Tetapi kalau sudah ada faktor risiko sedang atau berat, jangan setahun, bisa lebih rapat lagi misalkan 6 bulan atau 3 bulan sekali," tutur dia.

Baca Juga: Info Covid Kota Bandung, Diabetes Penyakit Penyerta Yang Mematikan, Jumlahnya Paling Tinggi

Dari sisi faktor risiko, seseorang bisa terkena diabetes antara lain jika mengalami obesitas, malas berolahraga dan riwayat keluarga dengan diabetes.

Jika terlanjur terkena diabetes, maka pengelolaan atau manajemen penyakit menjadi penting agar tak muncul komplikasi seperti penyakit jantung dan stroke.

Prof. Suas merekomendasikan penderita berusaha mengilangkan gejala dengan memperbaiki kadar gula darah seperti menerapkan diet sehat, melakukan aktivitas fisik, berhenti merokok dan perawatan psikologis.

Asupan makanan yang dianjurkan komposisinya terdiri dari karbohidrat 45-60 persen, protein 10-20 persen, lemak 20-25 persen (lemak jenuh kurang dari 7 persen, lemak tak jenuh kurang dari 10 persen), cukup vitamin dan mineral, serta natrium kurang dari 2300 mg per hari. Setiap harinya, dibutuhkan kalori basa 25-30 kcal per berat badan ideal (rumus berat badan ideal yakni: 90 persen {tinggi badan dalam satuan cm -100} x 1 kg).

Baca Juga: Kabar Baik, Kopi Bisa Menurunkan Risiko Penyakit Jantung

Sementara untuk aktivitas fisik, Prof Suas menganjurkan jenis aerobik mulai 10 menit lalu ditingkatkan sampai 30 menit per hari dan dilakukan 4 kali dalam seminggu.

"Kalau gula darah masih tinggi bisa dengan obat-obatan, tetapi ini sangat kompleks. Saya anjurkan pasien berkonsultasi dengan dokter. Setiap individu itu khas, diabetes tidak semua sama (pada setiap penyandangnya) misal, ada saraf rusak, ada usia lanjut, dipilih obat sesuai," kata dia.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x