Pemikiran Terselubung Dibalik Penemuan Vaksin Covid 19

- 23 Oktober 2020, 09:05 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19./Freepik
Ilustrasi vaksin Covid-19./Freepik /

DESKJABAR- Kehadiran vaksin Covid 19 didambakan jutaan rakyat di dunia. Namun kini menjadi ragu atas ekses dari vaksin tersebut yang belum terpecahkan, terlebih tersiar kabar di belahan dunia Amerika Latin, Brazil yang meninggal setelah disuntik vaksin Covid 19. Kemudian dikabarkan di Korea Selatan ada 13 orang meninggal dunia setelah disuntik vaksin flu.

Lantas harapan dengan adanya penemuan vaksin Covid 9 akan menjadi akhir pandemi panjang sepertinya tidak sepenuhnya akan terwujud, karena sampai saat ini belum terpecahkan efek dari vaksin tersebut. 

Saat ini ketika semua negara, pebisnis, hingga lembaga indenpenden berlomba menemukannya, pameo "tidak ada makan siang gratis" pun akan bekerja. Namuna saat ini semua yang mengejar predikat penemu vaksin Covid 19 punya kepentingan terselubung meski dibalut alasan kemanusiaan yang serba mulia. 

Baca Juga: 13 Warga Korea Meninggal Usai Disuntik Vaksin, Memicu Kekhawatiran di Indonesia

Republik Rakyat Tiongkok (RRT), misalnya, meski sejak September 2020 sudah mengumumkan telah memiliki satu vaksin corona yang siap digunakan, Kepala Kesehatan Beijing mengatakan bahwa Tiongkok tidak akan melakukan vaksinasi massal terhadap populasinya. Alasannya, Covid 19 sebagian besar telah musnah di negara itu. Tentu ini menjadi pertanyaan banyak pihak.

Bahkan, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit RRT Dr. Gao Fu mengatakan bahwa vaksinasi virus corona hanya akan diperlukan jika ada wabah besar.

Di satu sisi, secara mengejutkan Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengatakan bahwa pemerintahnya tak akan membeli vaksin Covid 19 dari China Sinovac karena tidak ingin warganya menjadi kelinci percobaan. Meski ada keyakinan lain perihal alasan yang lebih bersifat politis, keraguan akan vaksin menjadi makin menguat.

Bukan semata dari sisi harga, kemudahan, hingga ketersediaan, melainkan lebih pada sisi keamanan karena ada risiko hidup mati dalam setiap vaksin yang disuntikkan yang sangat mungkin akan bereaksi berbeda pada setiap tubuh manusia.

Baca Juga: Jawa Barat Butuh 72 Juta Dosis Vaksin Corona

Bagaimana dengan Indonesia? Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan bahwa Pemerintah sudah mendapatkan kepastian dari perusahaan vaksin China, Sinovac, Sinopharm, dan Cansino.

Nantinya pada bulan November hingga Desember akan ada 9,1 juta orang yang dapat divaksinasi.

Yuri mengatakan bahwa Sinovac memberikan komitmen kepada Indonesia untuk dapat membeli vaksin dalam bentuk jadi sebanyak dua kali pengiriman.

Pertama pada bulan November akan dikirimkan 1,5 juta dan pada bulan Desember 1,5 juta vaksin. Vaksin Sinovac dibutuhkan 2 x dosis sehingga total yang bisa divaksinasi adalah 1,5 juta orang.

Menilik berbagai teori konspirasi yang terjadi di dunia, pemerintah RI diharapkan tetap fokus untuk mengejar target pemenuhan vaksin pada masyarakat dan menghindari kontroversi.

Sejatinya kontroversi politik terkait dengan vaksin Covid 19, seperti yang terjadi di Brasil, bisa menjadi pelajaran berharga.

Baca Juga: Presiden Asosiasi Medis Korea Minta Program Penyuntikan Vaksin Ditunda.

Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai vaksin adalah kebutuhan yang mendesak bagi masyarakat sehingga Pemerintah mesti fokus pada produksi vaksin. Prokontra vaksin layaknya yang terjadi di Brasil penting untuk dicegah. Oleh karena itu, dia meminta seluruh pihak untuk mendahulukan kepentingan masyarakat terkait dengan vaksin.

"Penemuan vaksin yang lulus uji klinis dalam negeri justru makin meningkat animo kepercayaan publik," ujar Pangi.

Ia pun mendesak Pemerintah agar fokus pada urusan pemenuhan vaksin dengan terus menjalin komunikasi publik yang efektif kepada masyarakat.***

Editor: Yedi Supriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah