Sejarah Gunung Lawu serta Prabu Brawijaya V dan Pengikut Setianya yakni Kyai Jalak

- 24 Januari 2023, 13:32 WIB
Gunung Lawu via Cemoro Seweu yang memiliki panorama alam masih asri.
Gunung Lawu via Cemoro Seweu yang memiliki panorama alam masih asri. / instagram@sharependaki/

DESKJABAR - Sudah tidak asing lagi di telinga para pendaki gunung terkait tentang kisah angkernya Gunung Lawu, bahkan beberapa orang menyebutnya jika gunung ini merupakan gunung paling keramat di pulau Jawa.

Gunung dengan tinggi 3.265 mdpl ini, terletak di dua provinsi dan tiga kabupaten, yakni Kabupaten Ngawi dan Magetan, Jawa Timur serta Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Gunung Lawu juga menempati posisi ke 76 sebagai gunung tertinggi di dunia. Gunung ini memiliki tiga puncak, yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan yang paling tinggi bernama Hargo Dumilah.

Cerita-cerita masa lalu berkaitan dengan gunung ini semakin memantapkan pilihan untuk mendaki, atau sekadar berwisata di kawasan sekitarnya.

Baca Juga: Mulai Hari Ini, Masyarakat Bisa Jalani Vaksinasi Covid-19 Booster Kedua, tak Perlu Tunggu Tiket Undangan

Terlebih, pendakian ke Gunung Lawu juga sudah mulai dibuka kembali. Sejarah gunung inipun kerap dikaitkan dengan legenda tentang Prabu Brawijaya V, Raja terakhir Kerajaan Majapahit serta seorang pengikut setianya, Kyai Jalak.

<H2>Prabu Brawijaya V</H2>

Brawijaya atau Prabu Brawijaya adalah gelar yang dianggap melekat pada penguasa Majapahit, khususnya Brawijaya V yang dianggap penguasa terakhir.

Kisah ini berawal dari masa berakhirnya kerajaan Majapahit, yakni pada tahun 1400 M. Kala itu, orang yang menduduki kursi kerajaan adalah Prabu Brawijaya V.

Di saat Raden Fatah memasuki usia dewasa, ternyata Raden Fatah memeluk agama Islam, ia membelot dari agama sang ayah yang beragama Budha.

Bersamaan dengan meredupnya kerajaan Majapahit, Raden Fatah pun mendirikan kerajaan Demak yang berpusat di Glagah Wangi, sekarang lebih dikenal Alun-Alun Demak.

Pada suatu malam, Prabu Brawijaya V bersemedi, dalam semedinya, beliau mendapatkan petunjuk yang mengatakan bahwa kerajaan Majapahit akan meredup dan cahaya beralih ke kerajaan anaknya, yakni Kerajaan Demak.

Sesaat itu pula Prabu Brawijaya V meninggalkan kerajaan Majapahit, menuju dan Gunung Lawu untuk menyendiri.

Baca Juga: Pohon Waru di Majalengka dan Sumedang Ada Manfaat Lingkungan, Kesehatan, dan Ekonomi

Setelah meninggalkan kerajaannya, sebelum naik ke Gunung Lawu, Prabu Brawijaya V bertemu dengan dua orang pengikutnya, yakni kepala dusun dari wilayah kerajaan Majapahit, masing-masing dari mereka adalah Dipa Menggala dan Wangsa Menggala.

Setelah sampai di puncak Hargo Dalem, Prabu Bhrawijaya V berkata kepada 2 pengikut setianya. Selesai mengucapkan kalimat itu, Prabu Bhrawijaya V pun menghilang. Hingga kini, jasad beliau tidak pernah ditemukan oleh siapa pun.

<H2>Burung Jalak Jelmaan Kyai Jalak</H2>

Setelah Prabu Brawijaya V melakukan moksa dan menghilang, tersisalah 2 pengikut setianya, Sunan Gunung Lawu dan Kyai Jalak. Sejarah bercerita, mereka berdua menjalankan amanat Prabu Brawijaya V, yakni menjaga gunung Lawu.

Dengan kesempurnaan ilmu yang mereka punya, Sunan Gunung Lawu menjelma menjadi makhluk ghaib dan Kyai Lawu menjelma menjadi seekor Burung Jalak.

Kisah tentang burung Jalak ini masih berlanjut hingga sekarang, banyak orang percaya bahwa Burung Jalak sering muncul dan meberi petunjuk jalan menuju puncak Gunung Lawu kepada para pendaki yang memiliki tujuan yang baik.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x