DESKJABAR – Beberapa hari lalu sebuah tambang batubara di Sawahlunto, Sumatera Barat meledak akibat gas metana yang telah memakan korban 10 penambang.
Ya, gas metana ternyata juga muncul tidak hanya di permukaan batubara, gas ini juga bisa terbentuk dari tumpukan sampah yang kita buang, dan masih banyak lagi potensi bahaya yang terjadi dari sampah yang tidak kita kelola dengan baik.
Potensi bahaya ini semakin besar karena kota-kota besar dikenal sebagai penghasil sampah terbesar, dimana contohnya saja, di Kota Bandung volume sampahnya mencapai 1.529 ton per hari pada 2021.
Gas metana adalah gas yang lebih ringan dari udara, tak berwarna, tak berbau, dan tak beracun.
Gas metana yang diproduksi dari tumpukan sampah merupakan sumber emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Gas metana yang tidak dikelola dengan baik akan terlepas ke atmosfer dan berkontribusi pada pemanasan global.
Timbunan sampah yang mengandung sampah organik ini akan terurai secara anaerob dan menyebabkan timbulnya gas bio atau Land Fill Gas (LFG) yang didominasi oleh gas metana (CH4).
Mengutip dari laman earthday.com, ada 3 alasan mengapa membuang sampah bisa membahayakan lingkungan yakni
Karena alasan-alasan inilah yang mendorong perlunya daur ulang sampah yang kita buang, karena jika tidak, lingkungan kita saat ini tengah menderita akibat maslaah-maslaah yang berkembang pesat seperti hujan asam, keracunan air tanah, polusi udara, tempat pembuangan sampah, dll.