Beberapa Daerah di Indonesia Miliki Tradisi Menyambut 1 Muharram atau 1 Suro. Cek Apa sajakah

- 29 Juli 2022, 16:38 WIB
Sejumlah warga melakukan shalawat dengan membawa obor di kawasan Mangun Jaya satu, Tambun selatan, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/10) malam. Pawai obor shalawat yang dilaksanakan setiap tahun tersebut untuk menyambut 1 Muharram 1437 Hijriah dan mempertahankan tradisi kebudayaan turun menurun. ANTARA FOTO/Risky Andrianto/ama/15
Sejumlah warga melakukan shalawat dengan membawa obor di kawasan Mangun Jaya satu, Tambun selatan, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/10) malam. Pawai obor shalawat yang dilaksanakan setiap tahun tersebut untuk menyambut 1 Muharram 1437 Hijriah dan mempertahankan tradisi kebudayaan turun menurun. ANTARA FOTO/Risky Andrianto/ama/15 /Risky Andrianto/ANTARA FOTO

Ada juga beberapa warga di wilayah Jawa Tengah yang melakukan kegiatan pembersihan atau mencuci benda pusaka pada malam 1 Muharram atau malam 1 Suro, sebagai ritual wajib saat malam tersebut.

Benda-benda yang dibersihkan pada malam 1 Suro tersebut adalah keris, batu cincin, hingga sepeda-sepeda tua yang diturunkan secara turun menurun.

 Baca Juga: Sebelum Bunuh Diri: Kopda Muslimin, Aku Juga Sedih Aku Menyerah

3.Kirab Kebo Bule, Surakarta, Jawa Tengah

Warga Surakarta atau Solo memiliki tradisi khusus pada malam 1 Suro atau malam 1 Muharram, yaitu Kirab Kebo Bule yang pelaksanaanya dilakukan di Keraton Kasunanan Surakarta.

Di dalam tradisi ini, beberapa warga akan ikut mengarak kerbau dan berusaha menyentuh hewan ternak tersebut. Hal ini diyakini akan mendapatkan keberkahan setelah menyentuhnya.

 4. Pembacaan Babad Cirebon, Cirebon, Jawa Barat

Lain Solo lain pula Cirebon. Di wilayah Cirebon juga terdapat tradisi mengisi malam 1 Muharram atau malam 1 Suro. Di sana ada tradisi pembacaan Badad Cirebon atau sejarah Cirebon akan dibacakan pada waktu sakral tersebut.

Biasanya, prosesi ini digelar oleh keluarga Keraton Kanoman, Cirebon.

Kemudian mereka akan menarik replika kereta Paksi Nagaliman, dimana dulunya digunakan oleh Sunan Gunung Djati sebagai kendaraannya. Kereta tersebut diarak dari Keraton Kanoman, menuju makam Sunan Gunung Djati. Ritual ini dilakukan sebagai simbol meminta keselamatan. ***

Halaman:

Editor: Dendi Sundayana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah