FAKTA Detik Detik Prabu Siliwangi, Masuk Islam, Ini Pengungkapan Sejarah, Ustadz Adi Hidayat

- 4 Februari 2022, 08:17 WIB
 Ustadz Adi Hidayat membeberkan sejarah Prabu Siliwangi masuk Islam
Ustadz Adi Hidayat membeberkan sejarah Prabu Siliwangi masuk Islam /YouTube Audio Dakwah

DESKJABAR Siapa yang tak kenal  Prabu Siliwangi. Dia adalah sosok Raja yang gagah, tampan dan memiliki kesaktian luar biasa.

Prabu Siliwangi memiliki bentangan kekuasaan di awal abad ke 14 dan diakhir abad ke 15. Kekuasaannya mulai dari Banten hingga Ujung Jawa.

"Kekuasaannya luar biasa dan masih Hindu," kata Ustadz Adi Hidayat, Lc, M.A

Baca Juga: Seorang yang Haid Bisakah Berwudhu, 2 Macam Wudhu Yang Wajib Diketahui, Ini Kata Ustadz Adi Hidayat  

Dikatakan Ustadz Adi Hidayat, saat pemerintahannya itu, tidak ada pertentangan, kerukunan rakyatnya pun berdamai dan sejahtera.

Dikutip dari kanal YouTube 300 Tahun, dengan judul Ternyata Prabu Siliwangi Beragama Islam, dirilis 2020.

Disebutkan, saat itu ulama sudah ada dan kehidupan tentram aman serta nyaman, tidak ada pertentangan kehidupannya pun rukun dan damai.

Namun, saat Prabu Siliwangi melakukan inspeksi atau keliling wilayah ke wilayah Karawang.

Saat itu, tutur Ustadz Adi Hidayat, ditemukannlah seorang perempuan gadis bernama Nyai Subanglarang sedang membaca al qur'an.

Nyai Subanglarang, tambahnya, adalah salah seorang murid Syekh Quro. Syekh Quro nama aslinya Syekh Hasanuddin.

"Ketika dia datang dari mekah disebut umul quro maka disebut-lah Sykh Quro, dan mendirikan pesantren di Karawang, sampai sekarang pesantren Syekh Quro itu masih ada di Karawang," tutur Ustadz Adi Hidayat.

Diantara muridnya ada yang bernama Nyai Subanglarang, saat itu tengah membaca al qur'an.

Baca Juga: 4 Februari Hari Kanker Sedunia 2022, Ustadz Khalid Basalamah Bagikan Kisah Penderita Kanker Sembuh Total

"Begitu dibaca ayat ala Qur'an datanglah Prabu Siliwangi karena memdengar bacaannya tadi hingga melihat siapa yang bacanya," imbuhnya.

Kemudian, tambahnya, Prabu Siliwangi jatuh hati kepada Nyai Subanglarang. "Saat itu Prabu Siliwangi masih Hindu dan mau melamar Subanglarang yang muslimah," imbuh Ustad.

Disebutkan, Qur'an surat kedua ayat 221 yang mengatakan "Jangan anda nikahi perempuan- perempuan yang belum beriman," ucap Ustadz Adi Hidayah.

Yang menarik dari peristiwa itu adalah, saat itu orang berislam  kuat imannya. "Saat Prabu Siliwangi mengatakan niatnya untuk melamar Nyai Subanglarang, dan dia menolak. Lalu berkata masuk Islam dulu baru saya ikuti," ucapnya lagi.

Apa yang dikatakan oleh Prabu Siliwangi saat itu, kata Ustadz Adi Hidayat, dia mengatakan, ya saya masuk Islam.

Baca Juga: Doa dan Dzikir di Bulan Rajab Pagi dan Sore Hari Yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW, Rezeki Melimpah

Selanjutnya, kata Ustadz Adi Hidayat,  Nyai Subanglarang menikah dengan Prabu Siliwangi dan lahirlah tiga orang anak.

Anak pertama, imbuhnya lagi, diberinama Walangsungsang lahir tahun 1423. Kemudian anak kedua diberinama Larangsantang lahir 1426. Selanjutnya anak ketiga diberinama Rajasengara lahir tahun 1427.

Kemudian tambahnya, Walangsungsang berubah nama menjadi Abdullah Iman, sedsngkan Larangsantang berubah nama menjadi Sarifah Mudain.

Dikatakan, mereka berdua menunaikan ibadah haji. Dan setelah selesai, mereka berniat kembali, tiba-tiba datang seorang lelaki yang melihat Sarifah Mudain kemudian jatuh hati.

Dimintalah Sarifah Mudain kepada kakaknya, Abdullah Iman untuk melamarnya. Maka diizinkanlah untuk menikah.

"Laki-laki itu bernama Syarif Abdullah berasal dari mesir," tutur Ustadz Adi Hidayat.

Sementara, tambahnya, Abdullah Iman pulang ke nusantara dan bertemu kembali dengan bapaknya, Prabu Siliwangi.

Baca Juga: MITOS, Goa Safarwadi, Makam Syekh Abdul Muhyi, tak Bisa Lepas dari Sejarah Islam Tasikmalaya

Setelah pulang, lanjutnya,  Prabu Siliwangi memiliki gelar Pamenah Rasa, Menah Rasa. Kemudian, tambahnya lagi,  ditugaskanlah membimbing wilayah yang sangat kumuh, nama wilayahnya Lemah Wungkuk.

"Disini ada campuran etnis, ada Cina ada Arabnya dan ada orang lokalnya. Mereka ini hidup rukun damai," tutur Ustadz Adi Hidayat.

Begitu Islam datang ke wilayah itu, kondisinya makin brtambah bagus lagi meski mereka campuran beberapa etnis.

"Pekerjaan atau matapencaharian mereka saat itu mengambil udang kecil, dibikinlah terasi. Pake air, kemudian air rebon air rebon. Orang sana bilang ci, dan jadilah Cirebon Cirebon,"cetusnya.

Begitu nilai keislaman dilakukan, tambahnya berhasilah menata kehidupan di sana. "Hingga berubahlah Lemah Wungkuk menjadi Cirebon dengan tata kelola usaha yang baik," ucapnya lagi.

Baca Juga: HATI HATI, WASPADA! Daryono BMKG Rilis Peningkatan Aktivitas Gempa Bumi Meningkat di Tahun 2021, Pertanda Apa?

Kemudian, tambahnya, Syarif Abdillah yang menikahi Sarifah Madain pulang dari Mesir ke nusantara setelah 20 tahun, bawa anak.

Anaknya itu diberinama Syarif Hidayatullah, maka diberikanlah wilayah kekuasaan di Gunung Djati, maka dikenal-lah dengan Sunan Gunung Djati.

Jadi, tambahnya, di situlah kehebatan Islam dengan syiar-syiarnya yang begitu menggelar melalui dakwah.

"Islam saat itu melalui dakwah-dakwahnya bisa menyebar ke seluruh pelosok," tandasnya. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: YouTube 300 Tahun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah