Network
Sekarang. Model pembelajaran kita seperti sekarang itu mengejar kupu kupu. Kenapa? Kupu kupu itu ibarat uang, proyek, harta, hal yang enak-enak dan segala macam, itu bicaranya seperti itu.
Akhirnya, apa yang terjadi. Semuanya mengejar kupu kupu. Setelah ditangkap kemudian kupu kupu itu dimasukin ke dalam sangkar. Senang.
Baca Juga: Naomi Seorang Indigo Pewaris Bola Kristal Nyi Roro Kidul Sudah Tahu Imam Mahdi telah Lahir ?
Kemudian besoknya bisa terampil lagi, bukan dengan satu jari tapi dengan dua jari, dua kupu kupu masuk dalam sangkar. Besoknya begitu lagi lima kupu kupu masuk dalam sangkar. Besoknya lebih terampil lagi, misalnya, cabang bisnisnya lebih banyak lagi. Sampai 1.000 kupu kupu dalam sangkar.
Kemudian kita ingin bermain dengan satu kupu kupu. Lalu kita buka pintu sangkarnya. Bagaimana saat itu perasaannya. Perasaan apa yang ada pada saat itu? Galau, khawatir, cemas, takut, itulah dunia.
Maka, kalau mau bermain dengan kupu kupu kenapa tidak bangun taman? Pas, ada taman bunga muncul, kebahagiannya muncul serta berlipat, dan sudah pasti kupu kupu datang. Begitu kupu kupu datang apakah ada perasaan cemas, galau dan lain-lain seperti di atas. Tidak ada.
Selama ini mengambil kupu kupu tapi tidak punya taman. Malam hari galau. Kenapa? Karena kupu kupu takut hilang.
Padahal cari rezeki sederhana, bagaimana, ya bangun taman. Ini yang selama ini kita tinggalkan, akhirnya galau, khawatir, cemas, dll.
Nah, ada tiga hal yang mesti diperhatikan dalam membangun taman. Yakni fokus pada 3 hal. Yaitu 1. Pikiran yang positif, segala sesuatu bagus, segala sesuatu indah, husnul khotimah.
Ini adalah taman yang paling indah. Positif thingking. Yang ke 2, ketenangan jiwa (positif feeling), rasa damai, enak. “Karena rasa deg-degan sedikit itu akan langsung hilang rezeki”, kata ustadz Nasrullah.
