Dari masa kecil, Kian Santang sudah dilatih ilmu bela diri , olah kanuragan hingga pada saat dewasa Kian Santang tumbuh menjadi sosok ksatria Pajajaran yang sakti mandraguna.
Hal itu membuat Prabu Siliwangi sangat bangga dan mengangkatnya menjadi senopati Pajajaran
Selama hidup di istana, Kian Santang serba kecukupan, tetapi merasa kurang mengenal jati dirinya. Ia juga merasa jenuh karena tidak ada satu pun ksatria yang mampu mengalahkan kesaktiannya.
Konon, Kian Santang kemudian mendatangi peramal untuk mengetahui lawan tangguh yang dapat menandinginya.
Ia diberikan petunjuk bahwa orang yang dapat menandinginya adalah Sayyidina Ali dari Tanah Arab.
Sebetulnya Sayyidina Ali hidup pada abad ke-7 dan telah wafat saat itu, tetapi mereka dapat dipertemukan secara goib dengan kekuasaan Allah. Wallahu alam
Kian Santang harus melakoni dua syarat agar dapat bertemu Sayyidina Ali, yaitu melakukan semedi di ujung kulon dan mengganti namanya menjadi Galantrang Setra (Galantrang berarti berani dan Setra berarti bersih atau suci).
Raden Kian Santang terkenal dengan kesaktiannya, mempunyai ajian Napak Sancang yang mampu mengarungi lautan dengan berkuda.
Setelah melakoni dua syarat tersebut, Kian Santang segera melakukan perjalanan ke Arab untuk menemui Sayyidina Ali.
Sesampainya di Mekkah, ia bertemu seseorang dan kemudian menanyakan keberadaan Sayyidina Ali.