Bisnis Kerajinan Masyarakat Baduy Ikut Terpuruk Akibat Covid-19, Lakukan Ritual Agar Situasinya Cepat Pulih

- 14 Februari 2021, 08:56 WIB
/Antara

DESKJABAR - Masyarakat Baduy yang tinggal di Pegunungan Kendeng dengan luas 5.100 hektare tersebar di 65 perkampungan dan dihuni sekitar 11.600 jiwa di pedalaman Lebak, Banten, merasa terpanggil untuk mengeluarkan wabah pandemi Covid-19.

Masyarakat Baduy berharap situasinya cepat pulih, karena mereka juga terimbas dampak pandemi Covid-19.

Dilansir Antara, Minggu, 14 Februari 2021, bahkan, masyarakat Baduy kini terpuruk akibat pandemi Covid-19 sekitar 2.000 pelaku ekonomi terancam gulung tikar juga penjualan aneka kerajinan yang dijual di kawasan Baduy turun drastis. Omzet menurun karena tidak adanya wisatawan.

Baca Juga: Budidaya Ikan Nila, Perhatikan Kualitas Benih yang Bagus, ini Ciri-cirinya

Lembaga adat Baduy merasa terpanggil membantu mengatasi pandemi SARS-CoV-2  di Indonesia.

Pemuka adat Baduy berkumpul untuk berdoa agar penyebaran wabah pandemi Covid-19 hilang di atas bumi itu.

"Kami berharap doa itu dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Tetua adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak Jaro Saija.

Selama ini, jutaan warga di dunia terpapar penyakit yang mematikan itu dan hingga kini belum terbebaskan.

Pemuka lembaga adat Baduy berkumpul di Hutan Cibongkok kawasan Baduy sambil memanjatkan doa-doa khusus untuk keselamatan, kesejahteraan, keamanan dan kedamaian bangsa.

Selain itu juga dibebaskan dari wabah pandemi Covid-19 yang melanda bangsa Indonesia dan dunia.

Baca Juga: SEJARAH HARI INI, Pembantaian Valentine Oleh Geng Al Capone, Tujuh Anggota Geng Tewas Ditembak

Acara itu dihadiri pemuka adat Baduy seperti jaro tanggungan 12, sebagian paranormal, dangka siradayeuh, dangka carungeun dan dangka singkalayeuh dengan doa khusyuk agar terkabulkan.

"Kami berharap ritual doa yang dilaksanakan lembaga adat itu bisa terkabulkan agar bangsa itu terbebas dari wabah pandemi COVID-19," katanya menjelaskan.

Kawalu

Masyarakat Baduy Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikeusik dan Cikawartana mulai 13 Februari hingga 14 Mei 2021 menutup diri dari wisatawan karena tengah melaksanakan ritual Kawalu selama tiga bulan.

Selama ritual Kawalu, mereka fokus pada ketenangan dan ketentraman sehingga wisatawan tidak diizinkan berkunjung.

Selain itu, warga Baduy Dalam juga dilarang menggelar perkawinan, sunatan anak yang bisa menimbulkan keramaian.

Baca Juga: West Bromwich Albion vs Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer Menanti Aksi ke-100 Fred

Selama ritual Kawalu, dipanjatkan doa diiringi puasa agar bangsa Indonesia diberikan keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan keamanan serta dijauhkan dari marabahaya, termasuk dibebaskan dari penyebaran COVID-19.

"Kami minta wisatawan dapat menghargai keputusan adat yang melarang kawasan Baduy Dalam itu dikunjungi orang luar," kata tokoh Baduy Dalam Cibeo Ayah Mursid.

Penutupan kawasan Baduy Dalam itu berdasarkan keputusan adat Nomor 141.01/13-Ds.Kan-200I/2021, tertanggal 13 Februari 2021 yang ditandatangani Kepala Desa Kanekes.

Pemerintahan desa telah memasang peringatan di pintu gerbang Baduy di Ciboleger agar wisatawan menaati hukum adat.

Tradisi Kawalu warisan nenek moyang sejak turun temurun dan wajib dilaksanakan setiap tahun dan tiga kali selama tiga bulan dengan puasa seharian.

Baca Juga: Menkop dan UKM: Adaptasi dan Transformasi Kunci Kebangkitan UMKM di Tengah Pandemi

Perayaan Kawalu merupakan salah satu tradisi ritual yang dipercaya oleh warga Baduy Dalam.

Dalam perayaan Kawalu itu, masyarakat Baduy mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Seorang pengunjung memperhatikan sebuah lukisan
Seorang pengunjung memperhatikan sebuah lukisan ANTARA FOTO

Nol persen

Hingga kini penyebaran Covid-19 di kalangan Baduy belum ditemukan alias nol kasus sejak pemerintah menetapkan wabah corona sebagai bencana nasional pada 13 April 2020.

Mereka warga Baduy lebih ketat dalam menerapkan protokol kesehatan dengan 5M guna mencegah penularan virus corona.

Lembaga adat setempat mengimbau masyarakat tidak ke luar daerah, terlebih dari daerah zona merah penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Tanjakan Jalan Cagak Nagreg yang Terkenal dan Ringkasan Sejarah Lokasi Tersebut

"Sampai saat ini warga Baduy masih nol kasus Covid-19," kata Petugas Medis Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Iton Rustandi.

Selama ini aktivitas masyarakat Baduy lebih banyak di rumah dan ladang untuk mengembangkan pertanian.

Begitu juga warga Baduy yang merantau diminta untuk pulang dan sebelum masuk pemukiman adat terlebih dahulu menjalani pengecekan kesehatan di Puskesmas setempat.

Puskesmas setempat terus berupaya mengendalikan pandemi Covid-19 dengan membagikan ribuan masker di permukiman warga dan melakukan penyemprotan disinfektan.

Selain itu, juga menyiapkan wastafel di sepanjang jalan memasuki pemukiman Baduy.

"Kami juga mengoptimalkan edukasi tentang bahaya Covid-19 agar mereka mengetahui penyebaran penyakit yang mematikan itu," katanya. ***

Diperketat

Komandan Satgas COVID-19 Kabupaten Lebak, Anong mengatakan selama masa PSBB kawasan wisata adat Baduy diperketat untuk pencegahan penularan COVID-19 dan semua pintu masuk ke kawasan tanah hak ulayat adat disediakan wastafel untuk mencuci tangan menggunakan sabun.

Aparat kepolisian dan TNI serta aparatur desa setempat melakukan penjagaan, tamu maupun wisatawan harus mematuhi aturan adat. Wisatawan juga wajib menjaga kebersihan dan dilarang membuang sampah sembarangan, terlebih sampah plastik.

Pengetatan ini untuk pencegahan sejak dini agar warga Baduy tidak tertular penyakit yang mematikan itu.*

Editor: Kodar Solihat

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah