Dirgahayu Hari Pers Nasional 2021: Senjakala Media Cetak di Tengah Gempuran Online dan Medsos

- 9 Februari 2021, 07:03 WIB
/

 


Catatan: Zair Mahessa

DESKJABAR - Hari ini, 9 Februari 2021, di tengah pandemi Covid-19 yang masih berkepanjangan,  insan pers di seluruh Indonesia memperingati Hari Pers Nasional (HPN)

Ada fenomena yang sangat menarik jika mencermati perkembangan pers (baca media cetak) belakangan ini. Satu persatu media mainstream baik di dalam dan luar negeri --saya gak akan menyebut namanya-- semisal  koran, tabloid dan majalah, mulai undur diri menjumpai pembacanya karena berhenti terbit.

Gejala kolap dengan ditandai lebih besar pengeluaran daripada pendapatan sudah mulai terasa sejak beberapa tahun lalu. Makin ke sini, gejala itu semakin membuat limbung pengelola. Pendapatan iklan sebagai penghasil utama kian menurun. Di saat bersamaan, harga bahan baku dan operasional terus melonjak naik.

Baca Juga: PWI Jawa Barat Gelar HPN 2021 secara Virtual, Terhubung dengan Presiden Jokowi

Baca Juga: Hari Ini dalam Sejarah, Konferensi Pers Kementerian Koordinator Perindustrian Rakyat untuk Berdikari di PWI

Tak bisa dipungkiri, perkembangan media online dan sosmed ikut mempersulit gerak langkah dan kehidupan media cetak. Informasi/berita fakta kejadian sebagai jualan utamanya habis dilahap media online, wabilkhusus medsos.

Berbekal HP android --tentu dengan quota internetnya—dan kelincahan jari jemari, hanya selang beberapa detik saja --tanpa edit tanpa sensor-- kejadian apapun dari berbagai pelosok dunia sudah berseliweran di jagat maya, menembus batas wilayah dan negara.

Bayangkan dengan koran yang harus nunggu besok pagi untuk terbit karena terlebih dahulu harus melalaui beberapa proses . Begitu juga dengan TV dan radio meski bisa melakukan siaran langsung, tetap kalah cepat dari medsos karena harus mempersiapkan peralatan lebih dulu yang memerlukan waktu beberapa menit.

Belum lagi jika TKP nya jauh dari jangkauan wartawannya. Alhasil informasi yang muncul di media cetak kebanyakan hanya berita "basi" yang masyarakat sudah lebih dulu mengetahuinya.

Betapa dahsyatnya informasi yang disebarkan medsos, berikut ada hasil observasi menarik dari Aris Hermansyah (reporter PRFM Bandung) yang ditulis di halaman Facebooknya beberapa waktu lalu:

Dini hari, saat para loper sibuk menyortir koran, pembacanya sudah sibuk menyortir informasi dari media sosial.

Lalu, saat para loper selesai menyortir dan bersiap menjualnya, para pembacanya sudah bergegas menuju sekolah, kampus, kantor, atau bahkan ke pasar.

Kemudian, saat para loper sudah beredar di jalanan, para pembacanya sudah lebih dulu tahu informasi terbaru dari layar komputer, tv, atau smartphonenya.

Begitulah dilematika  koran saat ini. Sepertinya, lambat laun akan "tengkurap" jika tidak beradaptasi dengan teknologi informasi.

Baca Juga: PWI Jabar Usulkan Kepada Gubernur Jabar, Wartawan Masuk Prioritas Pemberian Vaksin

Koran harus bisa mengubah corporate culture, harus bisa bergerak serba cepat, dinamis dan  yang paling penting harus mampu mengubah mindset SDM-nya dari pola lama ke pola baru yang serba IT.

Memang, masih ada dalil yang membesarkan hati (sebagai hiburan?)  yang mengatakan koran akan tetap bisa bertahan. Namun ibarat ikan salmon yang berenang melawan arus. Ada yang berhasil ada yang tidak. Semuanya tergantung usaha, kreativitas, dan tentu saja doa kepada yang Maha Kuasa.

Dirgahayu Hari Pers Nasional (HPN) 2021. Medianya boleh mati, namun semangat jurnalismenya tidak akan musnah. Marwahnya akan tetap hidup menggelora dalam media baru yang antimainstream sesuai dengan perkembangan zaman. InsyaAllah...!***

*)Penulis: mantan Pemred/Pemimpin Perusahaan dan GM HU. Kabar Priangan (Grup Pikiran Rakyat) yang terbit di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Editor: Zair Mahesa


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah