Generasi Milenial Harus Bayar Bunga Hutang Pemerintah Indonesia

- 4 Februari 2021, 19:21 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani /Antara

DESKJABAR - Generasi milenial Indonesia kini harus menanggung membayar bunga hutang negara Indonesia. 

Sebab, hutang yang sudah jatuh tempo, dibayar dengan cara menghutang lagi. 

Ekonom Kwik Kian Gie, dalam cuitan Twitternya, @kiangiekwik, Kamis, 4 Februari 2021,menyindir pemerintah Indonesia, dengan menyebutkan, utang besar yang jatuh tempo tidak masalah, karena bisa dibayar dengan hutang baru.

"Obligasi pemerintah kita laris manis, karena berani bayar bunga tinggi. Yang bayar bunga yang membengkak terus 'kan kaum milenial yang pandai membuat unicorn? Perhatikan kalau talk show 'kan pinter-pinter," ujarnya. 

Baca Juga: IMF Meluncurkan Metode Baru untuk Melestarikan Hutang Banyak Sejumlah Negara

Sehari sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani, menyatakan koordinasi, sinergi, hingga respons yang terintegrasi dan kuat antara Kementerian Keuangan, OJK, dan Bank Indonesia mampu meminimalkan dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian.

“Dengan semua koordinasi dan respons fiskal yang terintegrasi bersamaan dengan kebijakan keuangan, dan OJK dan BI kita semua bisa minimalisir dampak Covid-19,” katanya daam acara Mandiri Investment Forum 2021 di Jakarta, dilansir Antara, Rabu, 3 Februari 2021.

Sri Mulyani menuturkan penekanan dampak pandemi telah terlihat sejak kuartal III tahun lalu dan berlanjut hingga kuartal IV serta akan terus dijaga pada 2021.

Ia menyebutkan terdapat beberapa indikator seperti PMI manufaktur dan konsumsi listrik yang menunjukkan bahwa pemulihan aktivitas ekonomi masih berjalan.

Baca Juga: Ratusan Hotel di Jawa Barat Bangkrut Akibat Terdampak Pandemi Covid-19

Surat hutang

Meski demikian, ia menegaskan berbagai pemulihan terhadap beberapa indikator tersebut masih dalam tahap awal dan belum bisa dikatakan selesai dari situasi buruk pandemi.

“Ini semua masih dini untuk katakan krisis sudah selesai. Kita tetap harus waspada dan disiplin dalam menerapkan dukungan fiskal serta instrumen lain seperti keuangan moneter dan pembiayaan,” katanya

Menurutnya, melalui semua dukungan pemerintah, otoritas dan regulator akan terus mampu menciptakan peningkatan terhadap kepercayaan diri serta keyakinan indikator di sektor keuangan.

”Seperti pasar modal, yield dari surat hutang kita dan capital flow masuk ke negara berkembang seperti Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga: Musim Hujan Tinggi, 500 Desa di Jawa Barat Rawan Bencana Longsor, ini Wilayah-wilayah yang Harus Siaga

Ia mengatakan perekonomian Indonesia 2020 diproyeksi akan berada di level minus 2,2 persen hingga minus 1,7 persen dengan pemulihan pada konsumsi masih berlanjut dan tetap menjadi tantangan.

“Pemerintah menggunakan alatnya sendiri lewat fiskal kita semua bisa minimalisasi dampaknya. Investasi dan ekspor perlahan pulih terutama kuartal IV 2020,” katanya.

Ia memastikan semua respons kebijakan diawasi dengan ketat oleh institusi dan kelembagaan sehingga pemerintah pun tetap menjaga kestabilannya selama pandemi.

“Yang kita lakukan adalah kombinasi tepat antara fleksibilitas, pragmatisme dan fokus ke bagaimana kita bisa jaga keberlanjutan dan prudent,” tegasnya. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Twitter ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah