China Mengintai Situasi Pasca Kudeta di Myanmar

- 1 Februari 2021, 19:06 WIB
/Antara

DESKJABAR - Pemerintah China menyatakan ikut memperhatikan kudeta militer di Myanmar dan berharap semua pihak dapat mengelola perbedaan dengan baik sesuai konstitusi, dan menegakkan stabilitas.

"Kami telah mencatat apa yang terjadi di Myanmar dan sedang dalam proses memahami lebih lanjut situasinya," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada pengarahan pers harian di Beijing, Senin.

"China adalah tetangga yang bersahabat bagi Myanmar. Kami berharap semua pihak di Myanmar dapat menangani perbedaan mereka dengan tepat di bawah konstitusi dan kerangka hukum, serta menjaga stabilitas politik dan sosial," ujar Wang menambahkan, dikutip Antara dari Reuters, Senin, 1 Februari 2021.

Baca Juga: Kudeta Myanmar, Munculkan Antrean Massa untuk Mendapatkan Beras dan Sayur

Pada Januari saat berkunjung ke Myanmar, Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu dengan kepala militer Min Aung Hlaing, yang sekarang telah mengambil alih kekuasaan.

Ketika ditanya apakah Myanmar saat itu, dalam pembicaraan antara Wang Yi dan Min Aung Hlaing, mengisyaratkan kemungkinan adanya kudeta, juru bicara Wang hanya mengulangi pernyataan sebelumnya.

Memainkan proyek

China telah lama memainkan peran penting di Myanmar, yang dulu bernama Burma, serta berdiri di samping negara tersebut selama masa pemerintahan sebelumnya yang dipimpin militer, tetapi juga bekerja sama dengan Aung San Suu Kyi ketika dia menjadi pemimpin.

Baca Juga: Inilah Alasan Pelaku Pembunuhan Berencana di Cangkuang Dayeuhkolot Bandung Terhadap Pria yang Diduga Preman

Sang peraih hadiah Nobel, Suu Kyi, ditangkap bersama para pemimpin lain partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang ia pimpin dalam penggerebekan pada Senin dini hari.

China memiliki kepentingan ekonomi strategis di Myanmar. Jaringan pipa minyak dan gas utama China mengalir melalui negara itu.

China juga mendorong Koridor Ekonomi China-Myanmar, sebuah jaringan transportasi dan proyek lain yang melewati daerah tempat faksi etnis minoritas sering bertempur satu sama lain serta melawan pasukan pemerintah.

Pertempuran di timur laut Myanmar terkadang membuat para pengungsi lari menyelamatkan diri dari perbatasan ke China, yang memicu kemarahan Beijing. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah