Berdasarkan catatan BMKG, telah terjadi tiga kejadian gempa dan tsunami merusak di sekitar Majene, yaitu pada 11 April 1967 dengan magnitudo 6,3 di Polewali Mandar yang menyebabkan 13 orang meninggal dunia.
Kemudian pada 23 Februari 1969 di Majene dengan magnitudo 6,9 menyebabkan 64 orang meninggal, 97 luka dan 1.287 rumah rusak di empat desa. Gempa tersebut menimbulkan tsunami setinggi empat meter di Pelattoang dan 1,5 meter Parasanga serta Palili.
Baca Juga: Presiden Jokowi: OJK Jangan Mandul, Harus Keluar Taringnya
Kemudian kejadian gempa pada 8 Januari 1984 dengan magnitudo 6,7 di Mamuju. Tidak ada catatan korban jiwa, tetapi banyak rumah yang rusak dengan maksimum intensitas VII MMI.
Mamuju-Majene Thrust kembali mengeluarkan energinya dengan gempa signifikan setelah sekian lama tertidur.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga mengingatkan tentang kemungkinan masih ada potensi gempa susulan dengan kekuatan yang cukup signifikan.
Dikhawatirkan gempa susulan dapat berpotensi tsunami karena kondisi batuan sudah diguncang gempa sebelumnya dan sudah rapuh karena pusat gempa di pantai, memungkinkan terjadi longsor di bawah laut.
Baca Juga: Kementerian Kesehatan Perkenalkan Aplikasi SIPGAR, Catat Kebugaran Jasmani Anda Secara Mandiri
Berdasarkan data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Jumat (15/1) malam, 42 orang meninggal akibat gempa di Sulawesi Barat dengan rincian 34 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan 8 orang di Kabupaten Majene.