Sriwijaya Air SJ-182 Jatuh, Pemerintah harus Telusuri Riwayat Perawatan Pesawat

- 9 Januari 2021, 21:11 WIB
Petugas menunjukkan kabel dan serpihan yang diduga milik pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Sabtu, 9 Januari 2021.
Petugas menunjukkan kabel dan serpihan yang diduga milik pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Sabtu, 9 Januari 2021. /ANTARA/HO-Aspri.

 

DESKJABAR – Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Pulau Duka, Kepulauan Seribu, sebelum terbang ternyata sempat mengalami delay. Untuk itu, pemerintah harus membuka riwayat perawatan (log book) pesawat tersebut.

Penelusuran riwayat perawatan pesawat tersebut diperlukan untuk mengetahui alasan terjadinya delay. Apakah terjadinya delay karena alasan gangguan cuaca atau karena gangguan teknis.

Informasi terjadinya delay pada pesawat Sriwijaya Air SJ-182, dikemukakan pengamat penerbangan, Antonius Listyanto. Dia menyarankan pemerintah untuk membuka riwayat perawatan pesawat (Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak tersebut sebagai langkah awal investigasi.

Baca Juga: Porda Jabar 2022 : Pertama Kalinya Berlangsung di Sembilan Daerah Kota dan Kabupaten

"Dari informasi yang saya dapat pesawat itu mengalami delay. Dari log book itu akan menjelaskan delay karena cuaca atau gangguan teknis," ujar Antonius Lisliyanto, kepada Antara di Jakarta, Sabtu, 9 Januari 2021.

Mengutip dari Antara, Antonius mengemukakan, secara umum data yang disimpan dalam log book berisi tanggal, tempat keberangkatan dan kedatangan, jenis pesawat, jumlah penerbangan pesawat hingga pemeliharaan pesawat.

"Kalau dalam log book itu delay karena gangguan teknis, maka pesawat memang sedang tidak ready," ucapnya.

Baca Juga: Porda Jabar 2022 : KONI Kota Bandung Ikuti 73 Cabor dari 76 Cabor yang Dipertandingkan

Jika karena faktor cuaca, lanjut dia, tentu pilot pesawat sudah mengetahui situasi yang akan dihadapi. Pilihannya bisa menggunakan rute alternatif untuk menghindari cuaca buruk.

"Sebenarnya pesawat dirancang untuk mampu menghadapi cuaca buruk, asalkan tidak terlalu ekstrem," kata Antonius.

Seperti diketahui, Pesawat bernomor registrasi PK CLC jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.

Halaman:

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: PMJ News Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah