BANDUNG ZAMAN DULU, Inilah Sosok yang Pertama kali Membangun Jalan ke Bandung, Tenyata Bukan Deandles

27 Desember 2023, 06:40 WIB
Kondisi perkampungan Bandung zaman dulu jauh dari keramaian. Sosok inilah yang membuka jalan darat dari Bandung menuju Jakarta dan itu bukan Deandles /Facebook/ Bandung Tempo Dulu/

DESKJABAR - Bandung pada zaman dulu merupakan hutan belantara dan sosok inilah yang pertama kali membangun akses jalan ke Bandung.

Pada abad ke 16, wilayah Bandung masih belum menjadi lokasi pemukiman tetapi masih berupa hutan belantara dan rawa rawa. Bandung masih dihuni oleh hewan buas dan sebagai sarang penyakit.

Maka tidak heran jika bada abad ke 16 atau pada zaman dulu, Bandung dijadikan sebagai daerah tempat pembuangan bagi para serdadu Belanda yang nakal dan juga berperilaku korup.

Perubahan Bandung baru terjadi pada abad ke 17, dimana orang Eropa masuk ke wilayah Bandung untuk mengembangkan perkebunan di kawasan Bandung.

Orang Eropa tersebut menjadi orang pertama yang membuka keterisolasian Bandung dari daerah lain dengan membangun akses jalan yang menghubungkan Bandung dengan Cianjur dan Jakarta atau Batavia.

Pada awalnya, akses jalan yang bisa digunakan untuk mengunjungi wilayah Bandung hanya menggunakan jalur sungai Cimanuk dan Citarum saja dengan menggunakan perahu dan rakit.

Sama sekali tidak ada akses jalan darat yang bisa dilalui meskipun hanya untuk pejalan kaki atau pun dengan menggunakan kuda. Karena pada zaman dulu Bandung berupa hutan belantara dan danau Bandung purba.

Perubahan di Bandung terjadi ketika ada orang Eropa yang mencoba membuat perkebunan di wilayah Bandung yakni kebun kopi di daerah kaki gunung Tangkuban Parahu.

Orang Eropa pertama yang mengembang perkebunan kopi di daerah Bandung adalah Pieter Enggelhard yang membuka lahan di lereng selatan Gunung Tangkuban Parahu untuk menanam kopi.

Pada tahun 1789,  Pieter Enggelhard mencoba menanam pohon kopi di wilayah lereng selatan Gunung Tangkuban Parahu dengan dibantu oleh masyarakat pribumi Bandung pada zaman dulu.

Hasil kebun kopi tersebut baru bisa dipanen, setalah 18 tahun masa tanam atau pada tahun 1807. Hasil panen kopi di wilayah lereng Gunung Tangkuban Parahu sangat memuaskan.

Untuk itu, Pieter Enggelhard memperluas daerah penanaman kopi di Bandung ke wilayah Gunung Patuha, Gunung

Menanam kopi dengan bantuan penduduk pribumi. Dan bisa dipetik hasilnya pada tahun 1807 atau setelah 18 tahun penanaman.

Hasil kopi yang ditanam di kaki Gunung Tangkuban Parahu sangat memuaskan.  Hingga akhirnya kebun kopi diperluas ke wilayah Gunung Patuha, Gunung Mandalawangi, Gunung Malabar dan juga Gunung Galunggung.

Karena produktivitas kopi sudah sangat melimpah, maka butuh akses jalan darat untuk membawa hasil kopi ke wilayah Jakarta atau Batavia.

Dengan banyaknya jumlah kopi yang harus dibawa ke Jakarta atau Batavia, tidak lagi memungkinkan dengan menggunakan jalur sungai Citarum memakai rakit atau perahu.

Untuk itu, Pieter Enggelhard memutuskan untuk membangun jalan darat yang bisa dilalui kuda dari Bandung sampai ke Jakarta atau Batavia.

Jalan yang dibangun oleh Pieter Enggelhard masih berupa jalan setapak saja dan hanya bisa dilalui oleh kuda dan juga pejalan kaki.

Pembangunan jalan setapak yang dilakukan oleh Pieter Enggelhard sekitar tahun 1807 ketika produksi kopi dari perkebunan kopi yang ada di Bandung sudah melimpah.

Dengan dibangunnya jalan setapak tersebut, mobilitas hasil kebun kopi dari Bandung tidak lagi menggunakan jalur sungai dengan perahu atau rakit tetapi sudah menggunakan jalan darat.

Dalam buku yang berjudul Wajah Bandoeng Tempo Doeloe,  Haryoto Kunto menulis ketika mengangkut hasil bumi dari wilayah Bandung ke Batavia atau Jakarta tidak lagi dilakukan menggunakan jalan sungai.

"Angkutan hasil bumi dari wilayah Priangan khususnya tatar Bandung menuju Batavia tidak lagi dilakukan lewat sungai Citarum, tetapi mulai mengambil jalan darat," tulis Haryoto Kunto.

Sejak saat itu Bandung yang awalnya terisolir kini mulai terbuka dan banyak warga Eropa yang membuka perkebunan baru di wilayah Bandung dan sekitarnya termasuk wilayah Priangan.

Karena potensi perkebunan yang dikembangkan di wilayah Bandung sangat bagus, maka banyak warga Eropa yang memiliki perkebunan untuk berbagai komoditas termasuk kopi dan teh.

Bandung mengalami perkebunan yang sangat pesat dan terkenal sebagai penghasil berbagai komoditas di bidang perkebunan dan menjadi incaran banyak warga Eropa.

Kemudian pada abad ke 18, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Deandles membangun akses jalan raya yang menghubungkan Bandung dengan Jakarta melalui Cianjur dan Bogor.

Deandles melanjutkan jalan setapak yang sebelumnya dibangun oleh Pieter Enggelhard menjadi jalan Raya yang disebut dengan jalan raya Pos sepanjang 1000 kilo meter dari Anyer sampai Panarukan.

Dalam membangun mega proyek tersebut, Deandles mempekerjakan penduduk pribumi dari berbagai daerah termasuk penduduk Bandung.

Setidaknya ada lebih dari ,30.000 pekerja kaum pribumi yang menjadi korban dalam membangun mega proyek jalan raya Pos yang menghubungkan Bandung dan Jakarta.

Jadi orang pertama yang membuka jalan darat dari Jakarta ke Bandung bukan Deandles tetapi seorang pekebun kopi asal Eropa yang bernama Pieter Enggelhard.***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler