Menyusuri Petilasan Dewi Rengganis: Pendakian Gunung Argopuro Jatim, Kaki Terkilir (Bagian 8)

15 September 2022, 18:23 WIB
Puncak bagi pendaki gunung itu adalah bonus sedangkan perjalanan yang indah itu adalah selamat sampai kembali di rumah /DeskJabar/Dicky Harisman/

DESKJABAR - Perjalanan belum usai, dari puncak Arca kami akan mengambil jalur turun yang berbeda yakni jalur Krucil Bremi Kabupaten Probolinggo.

Kami naik ke Argopuro melalui jalur Baderan Kabupaten Situbondo. Perjalanan akan dilalui dalam waktu normal 6-7 jam.

Dari atas puncak Arca perjalanan turun adalah mengambil arah kanan melalui turunan berbatu dengan ketinggian lumayan sehingga kami harus setengah loncat melewatinya.

Perjalanan turun sebetulnya tidak mengenakan juga, terlebih pada trek turunan dengan kemiringan yang curam.

Baca Juga: Ciro Alves: Kesampingkan Soal Gol, ke Depankan Trend Positif Persib Saat Bentrok dengan Barito Putera

Karena pada saat turun itulah kita akan menanggung beban badan kita sepuluh kali lipat lebih berat dibandingkan perjalanan mendaki.

Nasib sial dialami saya, saat meloncat dari satu batu ke tanah, jalan yang saya pijak ternyata tidak rata.

Kaki kiri saya terperosok ke jalanan berlubang dan membuat saya spontan meringgis kesakitan.

Saat kaki dipijakan saat itu pula ngilu terasa kemana-mana. Ya Allah jangan sampai terjadi apa-apa dengan kaki saya, bisik hati saya saat itu.

Alhasil saya memaksakan diri menuruni turunan terjal berbatu dengan kaki terkilir dan digusur setengah dipaksa jalan belum lagi harus menanggung beban di ransel.

Bismillah. Gunung selalu menguji pendakinya dengan berbagai macam cara. Kata saya setengah berbisik.

Jalur menurun semakin dipenuhi ilalang yang tingginya ada yang sampai dua meteran.

Melewati trek Argopuro pendaki disarankan memakai Baju Planel atau baju lapangan berlengan panjang serta kaos tangan.

Salah-salah daun ilalang yang tajam bisa mengiris-ngiris lengan kita.

Perjalanan akan bertemu dengan pertigaan Rawa Embik dan jalur turun menuju Cikasur kembali.

Baca Juga: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Ambil Sikap soal Banding PTDH Ferdy Sambo, Inilah Hasilnya

Setelah selesai semak ilalang menghadang, selanjutnya kita akan bertemu dengan kawasan Hutan Lumut yang juga tidak kalah dengan cerita horornya di kawasan ini.

Segala sesuatu yang kita kerjakan akan bergantung pada niat awal kita melangkah.

Jangan takut, niat kita hanya ingin merasakan keindahan Kekuasaan Allah SWT.

Kita mahluk paling mulia jauh dari “bangsa” mereka. Berdoalah kepada Allah untuk melindungi kita.

Hutan Lumut adalah kawasan hutan dengan ketinggian pohon berpuluh-puluh meter menjulang ke angkasa.

Karena rapat dan rimbunnya pepohonan mengakibatkan cahaya matahari susah menembus kawasan ini sehingga batang pohon banyak ditumbuhi lumut-lumut hijau karena lembabnya udara disini.

Jika dilihat sepintas kawasan ini memang terkesan seram diwaktu siang. Terlebih malam hari. Untuk itu pendaki harus pandai mengatur perjalanan agar tidak kemalaman melewati kawasan ini.

Menjelang Sore sekitar jam 17.00 Kami sampai di Danau Taman Hidup, sebuah kawasan danau yang lebih mudah dijangkau melalui jalur pendakian Krucil Bremi.

Baca Juga: Incar Kemenangan Ketiga, Luis Milla Minta Pemain Persib BandungTampil 100 Persen Saat Ladeni Barito Putra

Kawasan ini Sangat sepi pada hari biasa karena tidak banyak pengunjung datang. Selain pendaki yang melewati kawasan danau ini adalah wisatawan yang sengaja datang untuk bermain atau berkemah.

Dikawasan sepi ini pengunjung atau pendaki tidak boleh mengeluarkan suara-bising seperti suara gitar atau teriakan yang konon akan menggangu ketenangan Dewi Rengganis, sehingga murka.

Tanda bahwa Dewi Rengganis marah, tiba-tiba disekitar danau turun kabut tebal dan hujan. (Bersambung). ***

Editor: Zair Mahesa

Tags

Terkini

Terpopuler