DESKJABAR - Rabu, Pagi. Kejadian mengerikan semalam sudah kami lupakan pagi itu. Teman-teman bersiap di depan Nesting dan kompor Trangia kami untuk sarapan pagi kami. Bekal energi ke puncak Rengganis, Argopuro dan Puncak Arca.
Sambil menunggu makanan matang, teman kami memanfaatkan pagi itu dengan menyeduh kopi hitam dan duduk di batu yang berada di daerah Sabana Lonceng.
Iseng saya membuka sepatu bermaksud stretching di rerumputan. Tapi apa yang terjadi. Rumput yang saya injak seperti bara api yang panasnya berapa puluh derajat celcius.
Saya berteriak spontan saat menginjak rerumputan pendek di kawasan ini. Biasanya di kawasan-kawasan dingin rumput ditutupi butiran es. Pantesaan!
Baca Juga: KASUS SUBANG Menuai Kritik, Yosef Hidayah Kurang Setuju Statement Ibrahim Tompo
Kami masih punya persediaan Salada air yang kami bawa di sungai Cikasur beberapa hari lalu. Jadilah sarapan pagi kami pagi itu adalah mie goreng sosis campur Salada Air.
Jam 07.00 pagi kami meninggalkan tenda tanpa dijaga (Tidak akan ada yang mau nyuri barang-barang kami di tenda kami karena perlu waktu selama tiga hari jalan dari kaki gunung).
Perjalanan ke puncak Rengganis hanya membawa makanan dan tas kecil saja. Jalur summit attack menuju puncak Rengganis langsung menanjak meski tidak terlalu terjal.
Sepuluh menit mata kita akan dihibur oleh hamparan ladang Cantigi yang banyak kita temukan di kawasan puncak Rengganis.