DESKAJABAR - Gempa bumi merupakan bencana alam yang kerap terjadi, termasuk di Indonesia.
Gempa bumi sudah tidak asing lagi bagi beberapa orang khususnya yang bertempat tinggal di daerah jalur gempa termasuk Indonesia.
Bahkan Carl Ernst Arthur Wichmann profesor geologi di Universitas Utrecht mencatat bahwa pada tahun 1699 pernah terjadi bencana alam gempa bumi yang melanda Jakarta hingga gunung Salak dan menewaskan sekitar 28 orang.
Hal ini sebagaimana dalam tulisan Arthur Wichmann yang menyebutkan bahwa Jakarta yang dahulu bernama Batavia pernah beberapa kali terkena bencana alam gempa bumi.
Dalam tulisanya, Arthur Wichmann menyebutkan bahwa gempa bumi terjadi pada 5 Januari 1699, pukul 01.30 dini hari dan berlangsung selama sekitar 15 menit.
Bencana ini tidak hanya terasa di Jakarta, tapi sejarah mencatat bahwa gempa bumi Batavia 1699 membuat tanah longsor di sekitar lereng Gunung Salak.
Melansir laman kemdikbud.go.id, kerusakan yang ditimbulkan dari bencana alam gempa bumi tersebut selain telah menewaskan 28 orang bencana ini juga telah meluluhlantakkan 21 rumah, 20 lumbung padi, tulis Arthur Wichmann sebagaimana dikutip DeskJabar.com.
Bahkan selain menimbulkan kerusakan rumah warga, gempa bumi tahun 1699 juga telah membuat penduduk Batavia trauma untuk kembali ke rumah.
Pada akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal sementara di tempat terbuka.
Lantas apa yang dimaksud gempa bumi?
Melansir kembali kemdikbud.go.id, gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi karena pergerakan lapisan batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakan lempeng-lempeng tektonik.
Bencana alam gempa bumi bisa menyebabkan kerusakan dan kehancuran benda-benda yang ada di muka bumi termasuk makhluk hidup meskipun terjadi dalam waktu yang relatif singkat.
Demikian gempa bumi tahun 1699 yang melanda Jakarta hingga mengakibatkan longsor di lereng Gunung Salak.***