Kisah Anak PRABU SILIWANGI, Raden Kian Santang Ingin Sekali Melihat Darahnya Mengalir, Akhirnya?

19 Juni 2022, 08:21 WIB
Ilustrasi Raden Prabu Siliwangi /YouTube Lentera Hidup//

 

DESKJABAR - Raden Kian Santang memiliki kesaktian tidak tertandingi Se-nusantara sehingga ingin sekali melihat darahnya mengalir, ia memohon kepada ayahnya Prabu Siliwangi agar dicarikan lawan hebat.

Prabu Siliwangi adalah nama seorang raja di tanah Pasundan yang memerintah Pajajaran. Kerajaan Pajajaran merupakan kerajaan Hindu terbesar di Jawa Barat.

Prabu Siliwangi memiliki seorang istri bernama Dewi Kumalawangi dan beberapa putra dan putri, di antaranya adalah Raden Kian Santang dan Ratu Rara Santang, yang keduanya adalah putra dan putri kesayangan sang prabu.

Baca Juga: 9 Tempat Wisata Pangalengan Dengan Pemandangan Alam Sejuk dan Instagramable, Dikelilingi Kebun Teh Yang Roman

Raden Kian Santang kecil hidup di lingkungan istana dengan dilatih ilmu bela diri dan olah kanuragan.

Menginjak dewasa, Raden Kian Santang tumbuh menjadi sosok ksatria Pajajaran yang sakti mandraguna.

Sang ayah Prabu Siliwangi sangat bangga dan mengangkatnya menjadi senopati Pajajaran

Selama hidup di istana, Raden Kian Santang serba kecukupan, tapi merasa kurang mengenal jati dirinya.

Baca Juga: Wisata Kuliner Bakso Terkenal di Bandung, 7 Rekomendasi Tempat Bakso Enak, Bikin Ketagihan, Berikut Harganya

Selain itu, dia juga merasa jenuh karena tidak ada satupun ksatria yang mampu mengalahkan kesaktiannya.

Seperti dilansir dari kanal YouTube Lentera Hidup yang berjudul "Pertemuan Raden Kian Santang dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib" tayang 13 Oktober 2021.

Dalam tayangan video ini menceritakan kisah Raden Kian Santang terkenal dengan kesaktiannya yang luar biasa di dunia persilatan.

Nama anak Prabu Siliwangi, Raden Kian Santang sudah tak asing lagi, sehingga seluruh Pulau Jawa bahkan se-Nusantara saat itu sangat mengenalnya.

Baca Juga: KASUS SUBANG, Alasan Danu Bisa Lolos dari Kasus Subang, Inilah Cara Pelaku Berlindung dan Berhasil

Raden Kian Santang terkenal sakti belum pernah menemukan orang yang mampu melukai tubuhnya.

Padahal Raden Kian Santang ingin sekali melihat darahnya mengalir. Sampai pada suatu hari, ia memohon kepada ayahnya Prabu Siliwangi agar dicarikan lawan hebat.

Suatu ketika, Raden Kian Santang terkejut, ketika di dalam mimpinya ada seorang kakek berjubah yang mengatakan, bahwa ada seorang manusia yang sanggup mengalahkannya.

Mimpi itu terjadi beberapa kali, sehingga Raden Kian Santang bertanya-tanya siapakah orang itu.

Baca Juga: KASUS SUBANG MENGEJUTKAN, Yosef Hidayah Menyebut Ini, Danu Operator Sekolah, Opik dan Kosasi Staf

Dalam mimpi selanjutnya, sang kakek menunjuk ke arah lautan dan berkata bahwa orang itu ada di sana.

Penasaran dengan mimpinya, Raden Kian Santang pun meminta izin kepada Ayahandanya, Prabu Siliwangi untuk pergi ke seberang lautan dan menceritakan semuanya

Prabu Siliwangi walaupun berat hati, tetap mempersilakan putranya itu pergi. Namun Ratu Dewi Rara Santang, yang merupakan adik Raden Kian Santang ingin ikut kakaknya tersebut.

Meski dicegah sama ayahnya Prabu Siliwangi, Ratu Dewi Rara Santang bersikeras ingin ikut kakaknya, yang akhirnya mereka berdua pergi menyeberangi lautan yang sangat luas menuju suatu tempat yang ditunjuk orang tua dalam mimpi Raden Kian Santang itu.

Genap 8 bulan perjalanan, kedua anak Prabu Siliwangi, sampailah Raden Kian Santang dan Ratu Dewi Rara Santang ke sebuah dataran yang asing yang sekarang disebut Mekkah.

Tanahnya begitu kering dan tandus. Padang pasir yang sangat luas, serta terik matahari yang menyengat.

Mereka melabuhkan perahu yang mereka tumpangi.

Secara tiba-tiba datanglah seorang kakek yang begitu sangat dikenalnya. Ia kakek yang pernah datang di dalam mimpinya itu.

Kakek itu tersenyum dan berkata "Anak muda, kau bisa bertemu Ali jika sanggup mencabut tongkat ini."

Lalu si kakek itu menancapkan tongkat yang dipegangnya.

Kedua anak Prabu Siliwangi, Raden Kian Santang dan Ratu Dewi Rara Santang saling berpandangan. Raden Kian Santang tertawa terbahak-bahak.

"Hai orang tua, di negeri kami adu kekuatan bukan seperti ini, tapi adu olah kanuragan dan kesaktian," kata anak Prabu Siliwangi, Raden Kian Santang.

"Jika hanya mencabut tongkat ini, buat apa aku jauh-jauh datang ke negeri tandus seperti ini," kata Raden Kian Santang mengejek.

"Anak muda, jika kau sanggup mencabut tongkat itu, kau bisa mengalahkan Ali, jika tidak, kembalilah kau ke negerimu anak sombong," kata orang tua itu.

Akhirnya Raden Kian Santang mendekati tongkat itu dan berusaha mencabutnya, namun upayanya tak berhasil.

Semakin dia mencoba, semakin kuat tongkat itu menghujam. Keringatnya bercucuran, sementara Ratu Dewi Rara Santang tampak khawatir dengan keadaan kakaknya.

Saat itu, lutut Raden Kian Santang bergetar, dan dia merasa kalah.

Adik Kian Santang, Ratu Dewi Rara Santang yang terus memperhatikan kakaknya, segera membantunya, namun tongkat itu tetap tak bergeming, akhirnya mereka benar-benar mengaku kalah.

"Hai orang tua, aku mengaku kalah dan aku tak mungkin sanggup melawan Ali, melawan dirimu pun aku tak bisa," ucapnya.

"Tapi izinkan aku bertemu dengannya dan berguru kepadanya," ujar Raden Kian Santang.

"Anak muda, jika kau ingin bertemu Ali, maka akulah Ali," kata kakek tesebut.

Tiba-tiba mereka berdua bersujud kepada orang tua itu, namun tangan orang tua itu dengan cepat mencegah keduanya bersujud.

"Jangan bersujud kepadaku anak muda, bersujudlah kepada Dzat yang menciptakan kamu, yaitu Allah," ungkap kakek tersebut.

Akhirnya mereka berdua mengikuti orang tua tersebut yang ternyata Ali bin Abi Thalib ke Baitullah dan memeluk agama Islam.

Begitulah kisah kedua anak Prabu Siliwangi, Raden Kian Santang dan Ratu Dewi Rara Santang mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh.

Dalam perjalanannya, anak Prabu Siliwangi, Raden Kian Santang kembali ke Pulau Jawa dan menyebarkan agama Islam ke daerah Garut hingga meninggalnya. Wallahualam.***

Editor: Ferry Indra Permana

Tags

Terkini

Terpopuler