DESKJABAR - Saat berbuka puasa, umat Islam disunnahkan untuk membaca doa sesuai dengan hadits yang shahih.
Namun, menurut Adi Hidayat, ada sebuah doa yang sering dibaca sebagian umat Islam saat berbuka puasa, tetapi ternyata berasal dari hadits yang statusnya diperselisihkan ulama.
Ada yang menyebut hadits itu dhaif, tetapi ada pula yang menyebutnya shahih.
Doa buka puasa itu berbunyi sebagai berikut:
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Allaahumma laka sumtu wa ala rizkika aftortu
Artinya, "Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka."
Menurut Ustadz Adi Hidayat, sumber utama doa buka puasa ini, di antaranya ada di Abu Daud nomor hadits 2357.
Sementara itu, doa buka puasa yang lain ada di Abu Daud dengan nomor hadits 2358, termasuk beberapa kitab hadits lainnya.
Doa buka puasa itu berbunyi:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Dzahabazh zhoma'u wabtallatil 'uruqu wa tsabatal ajru insya Allah
Artinya, "Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah."
Baca Juga: Makan Minum Sahur Saat Adzan Subuh, Sah atau Tidak Sah Puasanya? Buya Yahya Ungkap Kesalahpahaman
"Dua doa ini, kalau kita lihat rujukannya, tersebut dalam kitab yang sama, hanya beda satu nomor, tapi nanti dengan penilaian yang berbeda," tuturnya.
Menurut Adi hidayat salah satu dari doa tersebut memiliki perselisihan di antara ulama, sementara yang satunya lagi tidak memiliki perselisihan.
Pembahasan Ustadz Adi Hidayat tersebut ada di video di kanal YouTube HR AZHAR berjudul "DOA BERBUKA PUASA YANG BENAR !! - oleh Ustadz Adi Hidayat" yang tayang 3 tahun lalu.
Hadits yang diperselisihkan oleh ulama, menurut Ustadz Adi Hidayat, adalah hadits nomor 2357. Sebab, ada yang berpendapat hadits itu shahih, ada juga yang menilainya dhaif.
Baca Juga: Niat Puasa Ramadhan 2022 yang Benar, Baca Romadhona atau Romadhoni? Buya Yahya Kasih Solusi
Sementara itu, doa buka puasa di hadits nomor 2358 statusnya tidak diperselisihkan ulama dan dianggap shahih.
Menurut Ustadz Adi Hidayat, kaidah menyatakan, kalau ada di antara dua petunjuk kepada kita, yang satu, sekalipun bisa digunakan tapi masih diperselisihkan, sedang yang satu tidak ada perselisihan di dalamnya, maka yang tidak ada perselisihan dipandang lebih kuat untuk diamalkan.
"Kalau Anda tanya kepada saya, 'mana yang digunakan?' maka saya mengatakan, sekalipun yang ini (2357) bisa dibacakan, tapi saya memilih yang ini (2358) untuk lebih diutamakan," ujar Adi Hidayat.
Walau demikian, Adi Hidayat menegaskan kembali bahwa yang menggunakan doa dari hadits nomor 2357 juga tidak bisa disalahkan dan boleh saja karena ada sumber dalil-dalilnya.
"Tapi kita katakan, status haditsnya (2357) lebih lemah dibandingkan yang ini (2358)," ucap Ustadz Adi Hidayat.
Menurut Adi Hidayat, secara Fiqih, walaupun haditsnya diperselisihkan, doa dari hadits 2357 boleh dibacakan karena ada yang men-sahihkan.
Namun, agar keluar dari perselisihan atau perdebatan, maka lebih baik memilih sesuatu yang tidak banyak peluang untuk dipersoalkan atau diperselisihkan.
Oleh karena itu, Ustadz Adi Hidayat lebih memilih doa buka puasa yang ada di hadits nomor 2358 dibandingkan dengan yang ada di hadits nomor 2357.
Adi Hidayat kemudian menegaskan kembali agar perbedaan ini jangan sampai menjadi perselisihan atau keributan atau saling mencela karena dapat menghilangkan esensi puasa.
"Jadi, nggak baca doa aja nggak salah, cuma dia tidak mendapatkan pahala sunnahnya. Jadi kenapa Anda kemudian mencela orang baca doa?" ujar Adi Hidayat menegaskan.***