SEJARAH HARI INI, Singapura Jatuh ke Tangan Tentara Kekaisaran Jepang, Diikuti Pembantaian Ribuan Tionghoa

15 Februari 2021, 08:05 WIB
Jenderal Arthur Percival menyerah pada pertempuran Singapura 15 Februari 1942 /Koleksi Museum Perang Kekaisaran Jepang/

DESKJABAR – Tanggal 15 Februari akan dikenang sebagai sejarah kekalahan bagi kekuatan militer Inggris, yang pada saat Perang Dunia II dikenal sebagai salah satu kekuatan militer dunia saat itu. Mereka tidak bisa mengelak setelah Singapura Jatuh ke tangan Tentara Kekaisaran Jepang.

Tepatnya pada 15 Februari 1942, ketika Komandan pasukan Inggris Jenderal Arthur Percival, yang memimpin pasukan sekutu di Singapura, kalah dalam Pertempuran Singapura yang berlangsung sekitar sepekan.

Pada tanggal 15 Februari Percival menyerah kepada Tentara kekaisaran Jepang. Sekitar 130.000 tentara India, Australia, dan Inggris menjadi tahanan perang, yang menandai sebagai penyerahan terbesar personel militer Inggris dalam sejarah.

Baca Juga: Longsor Gunung Windu Disertai Percikan Api, 174 Kepala Keluarga Diungsikan

The Battle of Singapore , juga dikenal sebagai Kejatuhan Singapura , negara yang disebut-sebut sebagai Gibraltar dari Timur.

Sebelum invasi, Singapura adalah pangkalan militer utama Inggris dan pelabuhan perdagangan ekonomi di Asia Tenggara dan merupakan kunci bagi perencanaan pertahanan perang kekaisaran Inggris untuk Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya, yang saat itu dikenal sebagai Timur Jauh.

Pertempuran Singapura terjadi dua bulan setelah Tentara Kekaisaran Jepang berhasil maju ke Semenanjung Malaya.

Baca Juga: Pasca Gempa Fukushima, Panitia Olimpiade Tokyo Pastikan Ini

Pertempuran Singapura merupakan bagian dari skema Tentara Kekaisaran Jepang untuk membentuk garis pertahanan yang kuat, setelah sekutu memberlakukan embargo perdagangan terhadap Jepang, sebagai tanggapan atas kampanye Jepang  atas rencana pendudukan China dan Indochina, wilayah jajahan Prancis.

Kejatuhan Singapura ke tangan Jepang kemudian diikuti dengan terjadinya pembantaian orang-orang keturunan Tionghoa yang ada di Singapura dan Malaya saat itu karena dianggap mereka anti Jepang,

Pembersihan orang-orang keturunan Tionghoa tersebut berlangsung dari 18 Februari hingga 4 Maret 1942 di berbagai tempat di wilayah tersebut.

Baca Juga: Jadwal Ganjil Genap di Kota Bogor, Mampu Menurunkan Kasus Covid-19

Operasi tersebut diawasi oleh polisi rahasia Kempeitai Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan kemudian diperluas hingga mencakup penduduk Tionghoa di Malaya.

Di kemudian hari Jepang mengaku bahwa korban pembataian tersebut berjumlah sekiar 5.000 orang.

Namun Perdana Menteri pertama Singapura, Lee Kuan Yew menuduh jumlah korban jauh lebih banyak hingga mencapai 70.000 orang, termasuk di Malaya.

Di kemudian hari atau pada 1966, Pemerintah Jepang setuju untuk membayar kompensasi sebesar 50 juta dolar AS.

Kompensasi sebesar itu terdiri dari setengahnya sebagai hibah, dan setengahnya lagi sebagai pinjaman. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler