Gempa Mamuju dan Majene, Mewaspadai Sesar yang Jadi Penyebab Hancurnya Banyak Bangunan

16 Januari 2021, 06:50 WIB
Petugas mengevakuasi korban yang terjepit bangunan di rumah sakit Mitra Manakarra yang runtuh akibat gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (15/1/2021). sebanyak 5 orang dievakuasi dua diantaranya selamat dan tiga orang meninggal dunia di rumah sakit tersebut dan pencarian sementara masih berlanjut. /ANTARA FOTO/ Akbar Tado/

DESKJABAR - Gempa mengguncang wilayah Mamuju dan Majene pada Jumat, 15 Januari 2021, pukul 2.28 Wita atau pukul 1.28 WIB. BMKG mencatat, gempa tersebut berkekuatan Magnitudo 6,2.

Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2,98 LS dan 118,94 BT, atau berlokasi di darat pada jarak 6 km arah Timur Laut Majene, Sulawesi Barat, pada kedalaman 10 km.

Diduga kuat pemicu gempa adalah Sesar Naik Mamuju (Mamuju Thrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Baca Juga: Gempa Sulawesi Barat, BMKG Menganalisis Merupakan Jenis Gempa Kerak Dangkal. Ini Penjelasannya

Desk Jabar mengutip Antara, Sabtu, 16 Januari 2021 yang melaporkan, mekanisme sesar naik ini mirip dengan pembangkit gempa Lombok pada 2018, bidang sesar membentuk kemiringan bidang sesar ke daratan.

Sesar Naik Mamuju memiliki magnitudo tertarget mencapai 7,0 dengan laju geser sesar 2 mm/tahun sehingga sesar ini harus diwaspadai karena mampu memicu gempa kuat.

Berdasarkan catatan Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, sesar naik Mamuju atau Mamuju thrust merupakan sesar lepas pantai yang sangat aktif, dengan pergerakan sesar naik.

Baca Juga: Aice Bersama GP Ansor Bagikan Banyak Masker di Jawa Barat

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno mengatakan bahwa episenter Gempa Majene 14-15 Januari 2021 sangat berdekatan dengan sumber gempa yang memicu tsunami pada 23 Februari 1969 dengan kekuatan 6,9 pada kedalaman 13 km.

Berdasarkan catatan BMKG, telah terjadi tiga kejadian gempa dan tsunami merusak di sekitar Majene, yaitu pada 11 April 1967 dengan magnitudo 6,3 di Polewali Mandar yang menyebabkan 13 orang meninggal dunia.

Kemudian pada 23 Februari 1969 di Majene dengan magnitudo 6,9 menyebabkan 64 orang meninggal, 97 luka dan 1.287 rumah rusak di empat desa. Gempa tersebut menimbulkan tsunami setinggi empat meter di Pelattoang dan 1,5 meter Parasanga serta Palili.

Baca Juga: Presiden Jokowi: OJK Jangan Mandul, Harus Keluar Taringnya

Kemudian kejadian gempa pada 8 Januari 1984 dengan magnitudo 6,7 di Mamuju. Tidak ada catatan korban jiwa, tetapi banyak rumah yang rusak dengan maksimum intensitas VII MMI.

Mamuju-Majene Thrust kembali mengeluarkan energinya dengan gempa signifikan setelah sekian lama tertidur.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga mengingatkan tentang kemungkinan masih ada potensi gempa susulan dengan kekuatan yang cukup signifikan.

Dikhawatirkan gempa susulan dapat berpotensi tsunami karena kondisi batuan sudah diguncang gempa sebelumnya dan sudah rapuh karena pusat gempa di pantai, memungkinkan terjadi longsor di bawah laut.

Baca Juga: Kementerian Kesehatan Perkenalkan Aplikasi SIPGAR, Catat Kebugaran Jasmani Anda Secara Mandiri

Berdasarkan data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Jumat (15/1) malam, 42 orang meninggal akibat gempa di Sulawesi Barat dengan rincian 34 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan 8 orang di Kabupaten Majene.

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler