Chatib Basri, 2021 akan Menjadi Tahun Pemulihan Ekonomi

3 Desember 2020, 21:06 WIB
Sampai 9 Nopember 2020 jumlah klaim yang dibayarkan Manulife mencapai Rp 54,5 miliar, sedangkan klaim keseluruhan Manulife Indonesia (konsolidasi) per Oktober 2020 year to date tercatat Rp 4 triliun. /Manulife Indonesia/

DESKJABAR - Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, menegaskan bahwa selama vaksin Covid-19 belum didistribusikan, maka tahun 2021 masih akan menjadi tahun pemulihan ekonomi. Karenanya, masalah kesehatan dan keselamatan masyarakat masih menjadi kunci utama pemulihan ekonomi pada tahun depan.

Untuk itu, para pelaku industri asuransi jiwa dituntut bersikap adaptif guna menjaga kinerjanya, mengingat tahun depan diperkirakan kondisi perekonomian belum berjalan normal.

Pelaku industri harus mampu membaca perubahan konsumen yang terjadi saat pandemi Covid-19 serta melakukan digitalisasi layanan kepada nasabah.

Baca Juga: Rutan Bandung Terapkan Pemeriksaan Ketat Covid-19 Dan Geledah Barang

Presiden Direktur dan CEO Manulife Indonesia, Ryan Charland mengatakan, masalah kesehatan dan tantangan ekonomi akibat pandemi Covid-19 menjadi salah satu fokus perhatian Manulife Indonesia.

Dia menambahkan, pada 2021, Manulife Indonesia akan terus memberikan solusi perencanaan keuangan terkait dengan biaya kesehatan dan proteksi keuangan keluarga mengingat pandemi Covid-19 masih akan mewarnai perjalanan pada tahun depan.

Ryan mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, telah membayar klaim Covid-19 dari para nasabah. Dia menjelaskan, hingga 9 November 2020, jumlah klaim yang dibayarkan Manulife tercatat sebesar Rp54,5 miliar.

Baca Juga: Jalan Provinsi Pangalengan – Rancabuaya Terputus, 7 Rumah Tertimbun Akibat Longsor di Garut

“Jumlah tersebut termasuk manfaat rawat inap dan perlindungan jiwa. Sedangkan, klaim keseluruhan Manulife Indonesia (konsolidasi) per Oktober 2020 year to date tercatat sebesar Rp 4 triliun,” tutur Ryan, seperti dikutip dari rilis yang diterima DeskJabar, Kamis, 3 Desember 2020.

Sementara itu, total donasi yang diberikan Manulife Indonesia tercatat lebih dari Rp 4 miliar yang diberikan kepada sekitar 200 pusat pelayanan kesehatan di Indonesia.

Pemasaran digital

Sementara itu terkait digitalisasi, seperti dikutip dari rilis yang diterima DeskJabar, Kamis, 3 Desember 2020, pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi industri asuransi jiwa untuk menerapkan digitalisasi layanan, termasuk pemasaran produk.

Baca Juga: Serukan Boikot , Australia Terlibat Perseteruan Dagang dengan China.

Ke depan, layanan digital menjadi tren yang tak dapat dihindari. Digitalisasi layanan diyakini turut meningkatkan inklusi keuangan nasional.

“Dengan menggunakan teknologi informasi ini diharapkan daya jangkau industri asuransi kepada nasabah akan lebih efektif dan efisien,” ujar Anggota Dewan Komisioner, Kepala Eksekutif Pengawas IKNB Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riswinandi.

Selain itu, industri asuransi juga harus bisa memaksimalkan potensi besar di sektor digital. Apalagi, penetrasi asuransi saat ini relatif masih kecil, tidak pernah di atas 3% dengan total potensi 270 juta jiwa.

Baca Juga: Lionel Messi Dijatuhi Denda 600 Euro karena Selebrasi Ala Diego Maradona

 Jika saja 20%  masyarakat sadar asuransi, maka industri ini akan meningkat secara signifikan.

Ryan Charland mengatakan, Manulife menyambut baik upaya pemerintah menggarap sektor digital sebagai platform bisnis di masa mendatang. Dikatakan, pihaknya saat ini sudah menerapkan pelayanan berbasis digital kepada para nasabahnya, termasuk pengajuan klaim secara online dan polis elektronik.

Sebagaimana diketahui, potensi ekonomi digital Indonesia sangat besar. Pada 2025, ekonomi digital Indonsia diprediksi bisa bertumbuh hingga 133 miliar dolar AS atau Rp 1,8 kuadriliun.

Mengenai pasar digital ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai ekonomi digital internet Indonesia berpotensi naik tiga kali lipat pada 2025.

Baca Juga: 2021, Neymar Jr Ingin Bermain Bersama Lionel Messi Lagi

Nilai ekonomi digital internet pada 2019 sebesar 40 miliar dolar AS, sedangkan 5 tahun lagi diprediksi lebih dari 133 miliar dolar AS. Proyeksi dibuat berdasarkan riset yang dilakukan oleh Google, Temasek dan Bain & Company bertajuk e-Conomy SEA 2020 at Full Velocity: Resilient and Racing Ahead.

Sedangkan, ekonomi digital dari transaksi e-commerce berpotensi naik dari 20 miliar dolar menjadi 82 miliar dolar atau meningkat empat kali lipat.***

Editor: Dendi Sundayana

Tags

Terkini

Terpopuler