Rantai Distribusi Vaksin Covid-19 Sudah Siap Sampai ke Pelosok Tanah Air, Berikut Ini Prosedurnya

30 November 2020, 22:28 WIB
Jubir Satgas Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro dan pakar imunisasi dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH memberikan keterangan pers mengenai rantai distribusi vaksin di Jakarta, Senin, 30 November 2020. /covid19.go.id/

DESKJABAR - Dari mana pun vaksin Covid-19 berasal, PT Bio Farma sudah mempunyai armada untuk menerima dan mendistribusikan vaksin ke berbagai daerah di Indonesia.

Pakar imunisasi dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, menjelaskan hal itu dalam acara Keterangan Pers Juru Bicara Penanganan COVID-19 yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin, 30 November 2020.

"Jadi kita sudah punya depo-depo vaksin. Provinsi sudah memiliki cold room atau lemari penyimpanan khusus," tutur Elizabeth Jane Soepardi.

Baca Juga: Yang Perlu Dipersiapkan Masyarakat Saat Vaksin Datang Agar Kesehatan Pulih dan Ekonomi Bangkit

Elizabeth Jane Soepardi memaparkan hal itu agar masyarakat mengetahui bahwa vaksin merupakan produk biologis yang memiliki kerentanan pada perubahan suhu. Oleh karena itu umumnya vaksin perlu tersimpan pada suhu 2-8 derajat Celcius dan suhunya harus terjaga dari pabrik sampai ke puskesmas.

Menurut Elizabeth Jane Soepardi, proses menjaga suhu vaksin di kondisi ideal dari awal sampai akhir inilah yang disebut rantai dingin (cold chain). Dengan begitu masyarakat menjadi tahu bahwa vaksin terjaga kualitasnya sejak awal sampai ke pemberian vaksinasi.

Indonesia telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam melaksanakan program vaksinasi. Proses distribusi vaksin di Indonesia bisa dilakukan dari Aceh sampai Papua dan sudah menggunakan sistem rantai dingin (cold chain) yang baik, hingga ke pelosok negeri.

Baca Juga: Ini Manfaat Kampung Koperasi di Garut bagi Masyarakat di Sekitarnya

Lemari penyimpan berpendingin khusus yang ada di provinsi, bisa menyimpan vaksin untuk jangka waktu 3-6 bulan dengan suhu terjaga di angka 2-8 derajat Celcius.

Pengiriman ini kemudian dilakukan secara bertahap ke level kabupaten/kota hingga ke rumah sakit dan puskesmas. Saat keluar dari cold room, vaksin pun harus cepat dimasukkan ke kotak sementara yang dirancang khusus untuk menjaga temperaturnya dalam perjalanan.

Lantaran vaksinasi harus dilakukan dengan teratur agar terjaga kualitasnya, Elizabeth Jane Soepardi menerangkan bahwa idealnya pemberian vaksin itu harus terjadwal, tanggalnya, jamnya, hingga lokasinya. Petugas yang memberi pelayanan dan masyarakat harus tahu sehingga pada waktunya nanti pemberi pelayanan dan yang dilayani bertemu dengan teratur.

"Dengan menyusun jadwal jauh-jauh hari sebelumnya, diharapkan proses pelayanan berlangsung dengan lebih cepat. Maksimum satu orang hanya memerlukan 10 menit untuk dilayani dari pendaftaran hingga vaksinasi”, tutur Elizabeth Jane Soepardi.

Baca Juga: Sejumlah Komoditas Perkebunan Digenjot Ekspornya

Masyarakat diharapkan tidak skeptis

Penyintas Covid-19, Erlang Purbaya mengharapkan masyarakat tidak skeptis terhadap Covid-19. Sebab, penyakit ini benar-benar menular dengan gejala yang sangat minim sehingga tanpa sadar seseorang menjadi postif terjangkit Covid-19.

Awal kecurigaan Erlang saat ia terjangkit Covid-19 karena indra penciumannya tidak berfungsi. "Gejala yang saya rasakan cuma kehilangan penciuman saja. Waktu itu juga saya daftar tes usap, hasilnya positif," ucap Erlang.

Pengalaman serupa dialami rekan kerjanya, Erra Anggoro. Selain kehilangan penciuman, ia juga merasakan sesak napas hingga perlu diisolasi di Rumah Sakit Khusus Rujukan Covid-19 di Wisma Atlet, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Luar Biasa, Jual Batik Rp1 Miliar, Dubes Umar Hadi Mendapat Penghargaan Rekor MURI

Baca Juga: Aplikasi Antar Makanan Ini Raup Ratusan Miliar dari Warganya yang Sedang Di Luar Negeri

Baca Juga: K-Drama True Beauty Tampilkan Foto Persahabatan Tiga Pemerannya yang Menggemaskan

Erra Anggoro pun berpesan kepada masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan dengan 3M, yaitu menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker dengan patuh agar terhindar dari Covid-19 yang berbahaya ini.

"Belajar dari pengalaman saya dan Erra, tetaplah mematuhi protokol kesehatan 3M. Kalau tidak perlu untuk ke luar rumah dan hanya untuk nongkrong, lebih baik diam di rumah saja," ujar Erlang Purbaya.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: covid19.go.id Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional

Tags

Terkini

Terpopuler